Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Mari bina perstuan dan kesatuan

Membaca dan menulis merupakan upaya mencerdaskan dan awet muda

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mewarnai Sastra Remaja dengan Bahasa Gaul: Antara Gaya Ekspresi, dan Estetika

30 Juni 2025   22:29 Diperbarui: 30 Juni 2025   22:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bahasa Gaul (Sumber: AI))

Bahasa gaul sering kali dipandang sebelah mata---identik dengan keisengan, candaan, bahkan dianggap ancaman bagi kebakuan bahasa. Namun di tangan para remaja kreatif, bahasa gaul justru menjelma menjadi media ekspresi yang hidup dan penuh warna, bahkan masuk ke ranah sastra. Dalam cerpen-cerpen karya siswa MA MP UIN Jakarta, bahasa gaul tampil sebagai unsur yang memperkuat cerita, bukan merusaknya.

Penelitian yang saya lakukan terhadap lima cerpen siswa mengungkap bagaimana bahasa gaul hadir dalam berbagai bentuk: dari kata-kata simpel seperti oke dan ngapain, hingga idiom dan campur kode seperti high risk, high return. Istilah khas remaja seperti anak senja, mager, dan gaskeun juga bermunculan. Yang menarik, semua itu tidak merusak struktur cerita, justru memperkaya nuansa dan menghadirkan realisme khas dunia remaja.

Gaya bahasa menjadi lebih luwes, tokoh-tokoh terasa lebih hidup, dan cerita terasa lebih dekat dengan kehidupan pembacanya. Dalam konteks ini, bahasa gaul bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cermin dari identitas dan dinamika sosial remaja. Ia memperkuat karakter, membangun suasana, dan menghadirkan kedekatan emosional.

Cerpen "Karya Hebat dari MP" misalnya, menampilkan humor dan energi lewat ungkapan-ungkapan ringan seperti ceplos dan ngga peka. Cerpen "Adaptasi" justru menggunakan bahasa campuran untuk menggambarkan proses pencarian jati diri dalam lingkungan baru. Semua itu menunjukkan betapa fleksibelnya bahasa sastra jika dipadukan dengan bahasa remaja.

Dari temuan ini, guru dan pendidik seharusnya melihat bahasa gaul bukan sebagai bentuk kemunduran, tetapi peluang. Remaja sudah menemukan bahasanya sendiri untuk bercerita, dan tugas kita adalah mengarahkan agar ekspresi itu tetap bermakna dan bernilai sastra. Dalam dunia literasi, keaslian suara sangat penting, dan bahasa gaul bisa menjadi jembatan menuju ekspresi yang jujur dan otentik.

Sastra remaja tidak harus kaku dan baku. Selama ide dan makna tetap kuat, dan bahasa digunakan secara kontekstual, bahasa gaul bisa menjadi bumbu penyedap yang memperkaya estetika dan daya tarik karya tulis generasi muda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun