Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Gunanya Uang yang Ratusan Juta Itu?

12 Desember 2011   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kondisi ekonomi dalam negeri yang tengah mengalami krisis,memaksa sebagian dari masyarakat saya mengambil langkah  merantau ke luar negeri.Dengan satu harapan mereka akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik,dan mapan.Saya masih ingat ketika itu,ada teman saya yang gagal berangkat ke malaysia,gara-gara kena tipu agen penyalur yang terhitung masih ada hubungan kerabat dengan orang tua teman saya.Agen penyalur itu membawa kabur uang yang sudah disetorkan oleh teman saya dan orang lain,yang sudah dijanjikan berangkat.Teman saya waktu mengetahui,dirinya gagal berangkat dan uangnya amblas dibawa kabur,kejiwaannya menjadi terganggu,dan hampir-hampir mau gantung diri.Untung ada istrinya yang mengetahui kejadian itu,dan sontak berteriak histeris menangisi perbuatan suaminya itu.

Di lain sisi,pasca kejadian yang memilukan itu,ada kabar baik datang dari tetangga rumah saya,Marni (nama disamarkan) seorang TKW yang bekerja di Negara Hongkong sebagai PRT,dalam hitungan tiga tahun,telah membawa pulang keberhasilan dan gelar "sukses".

Di awali dengan modal menjual sepetak tanah persawahan milik orang tuanya,Marni yang sudah bersuami pengangguran,dan mempunyai satu orang anak,nekat ingin mengadu nasib di negeri orang.Dengan niat yang membaja,dan pantang menyerah.Kini setelah tiga tahun,dia mampu mengembalikan sawah yang dahulunya dijual orangtuanya,dan sisanya bisa membuat rumah,dan di investasikan untuk membeli unit usaha penggilingan padi.

Bias kesuksesan yang telah Marni dapatkan tak juga membuatnya puas,dia masih ingin memburu kekayaan yang melimpah,dan memenuhi tabungannya untuk bekal hidup di kampung.

Ditahun ke empat,Marni kembali meneruskan proyek pengayaan dirinya,kali ini dia berangkat dengan modalnya sendiri,dari mulai mengurus paspor,tiket pesawat,dan transportasi ke tempat tujuannya di negerinya Jackie Chan itu.Suami Marni,yang saat itu tengah menikmati harta dari kerja keras istrinya,dengan berpoya-poya dia menghabiskan harta kiriman istrinya.

Namun Marni,yang selalu setia mengirimkan uang setiap bulannya,tak menaruh curiga terhadap suaminya.Dia percaya suaminya mampu menjalankan amanahnya,dan mengurus anak beserta asset usaha yang mereka rintis.

Hingga ditahun kelima,sang suami yang mengutarakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa,menyuruh istrinya untuk menyiapkan sejumlah uang untuk modal.Di masyarakat saya aroma "Money politic" masih sangat kental.Untuk menjadi kepala desa,butuh uang yang cukup banyak,sampai-sampai  dibilangan ratusan juta.Siapa yang punya uang banyak,maka dialah yang menang.

Benar saja,suaminya terpilih menjadi kepala desa.Namun,kebiasaan suaminya tak pernah berubah,meski menyandang predikat kepala desa,kebiasaan buruknya berpoya-poya,menghamburkan uang di meja judi,dan yang paling parah dia berselingkuh dengan wanita lain.

Sungguh begitu hancurnya hati Marni,mengetahui kenyataan pahit itu.Uang yang selama ini dia kumpulkan,waktu yang selama ini dia korbankan,kebahagiaan yang selama ini dia gadaikan untuk merantau dinegeri orang,hanya menjadi isapan dan impian manis belaka.Dia menghadapi kenyataan pahit perselingkuhan,dan hancurnya keluarga yang dia rajut selama ini.

Sungguh rasanya tidak ada gunanya uang yang ratusan juta itu,untuk mengembalikan keutuhan keluarga yang selama ini dia bangun dengan penuh susah payah.Hancurlah sudah cita-cita dan impian yang dia bangun selama ini.

=====================

Dari tepian kota Jakarta


Senin,12 Desember 2011

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun