Mohon tunggu...
Ahmad Khoiron
Ahmad Khoiron Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Sampai Sejarah Pakistan Terulang di Indonesia

23 Mei 2017   10:55 Diperbarui: 23 Mei 2017   11:41 2747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Ahmad Khoiron

Sejarah Pakistan

Selepas perang dunia kedua, di anak benua India, Inggris menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa India, yang mana saat itu terdiri dari 2 golongan besar; Hindu dan Muslim. pemimpin-pemimpin Muslim menyerukan dibawah komando Ali Jinnah (Bapak Pendiri Pakistan), ingin mendirikan sebuah Negara sendiri dan terpisah dengan india, yang kemudian biasa disebut dengan Negara pakistan (Pak; Negeri, Istan; Suci).

Pun demikian, Pendirian negara pakistan ini pun mendapat pertentangan (menentang pendirian Negara Pakistan) dari Ulama-ulama Muslim terkemuka, Diantaranya Maulana Maududi, Sayyid Ataullah Syah Bukhari. Bahkan Maulana Maududi sempat mengeluarkan kata-kata kotor terhadap Ali Jinnah yang oleh rakyat Pakistan dijuluki sebagai “Qa’id A’dzam” (Pemimpin Besar) dikatakan sebagai “kafir A’dzam” (Kafir Besar).

Para penentang pendirian negara  Pakistan ini pada mulanya menetap di india, tapi lama-kelamaan mereka Hijrah ke Pakistan dengan cara diam-diam. Termasuk didalamnya adalah Maududi. Saat awal mula menetap di pakistan, mereka tidak banyak tampil di Masyarakat, mengingat sikap beliau yang tidak suka terhadap Ali Jinnah. Tetapi pelan-pelan kelompok Maududi ini mulai menampilkan diri dihadapan publik, dan juga mencari obyek yang dapat diserang. Beliau menemukan momen, ahirnya didapatlah dua golongan yang dianggap melenceng dari koridor Islam, Ahmadiyah dan “Ahlul Qura’an” (golongan yang hanya berpegang pada Al-Qura’an dalam urusan Agama). Isu-isu ini dijadikan oleh Maududi dan Ataullah Syeh Bukhari sebagai senjata utama untuk menjadikan namanya semakin dikenal oleh rakyat pakistan.

Saat itu kelompok yang setuju dengan Maududi adaah kelompok alim ulama’ yang biasa saling maki dan kafir-mengkafirkan bersatu dengan semangat terselubung yang anti penguasa. Maududi yang tidak suka dengan para pejabat pemerintahan ini memang menghalalkan segala cara untuk “ishlaa i-Khalq” (meluruskan sikap manusia dengan segala cara). Sikap maududi ini memang terkesan sikap yang haus kekuasan, sehingga beliau sendiripun berpendapat bahwa Ibadah merupakan sarana untuk mendapatkan kekuasaan yang kemudian kekuasaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk “memperbaiki dan meluruskan” hal ini sesuai dengan pernyataan beliau yang mengatakan bahwa sholat, puasa, zakat dan haji itu sebenarnya ditujukan ke arah pesiapan dan pendidikan. Seperti halnya semua kerajaan pada mulanya memberikan latihan dan pendidikan khusus kepada orang; tentara, polisi dan sipilnya, baru kemudian dikaryakan untuk berjihad dan menegakkan pemerintahan islami.

Pakistan tahun 1953

Permulaan awal 1952, beberapa ulama mengatur siasat untuk memperoleh kekuasan politik dengan dalih membuat pakistan menjadi negara yang benar-benar “Islami”, dengan hukum dan peraturan berdasarkan “Al-Quran dan Sunnah”. Mendengar gagasan tersebut, rakyat awam pakistan menyuarakan dukungannya terhadap gagasan tersebut.

Merasa mendapat dukungan, para Ulama’ ahirnya mengajukan 3 tuntutan, yaitu: 1) Ahmadiyah supaya dinyatakan golongan minoritas non-muslim, 2) Menlu Sir M. Zafrullah Khan (Ahmadiyah) dipecat, dan 3) Supaya kedudukan dan Jabatan di pemerintahan yang diisi oleh orang Ahmadiyah dialihkan kepada non-Ahmadiyah. Dan tiga tunutan ini pun tidak diterima oleh Pemerintah. Dan puncaknya, 32 ulama berkumpul di kota Karachi memberi ultimatum kepada Pemerintah jika sampai hari waktu yang telah ditentukan pemerintah tetap tidak mengabulkan “tiga tuntutan” tersebut, maka rakyat akan melakukan “Direct Action” (tindakan apapun untuk mengambil tindakan terhadap pemerintah).

Karena merasa tidak ditanggapi “tiga tuntutan” tersebut, sebagian alim-Ulama menggerakkan rakyat yang fanatik, maka sejak saat itu arak-arakan besar dikerahkan tidak hanya di kota-kota besar tapi juga sampai didesa-desa, kerusuhan terjadi dimana-mana, banyaknya korban jiwa dan harta, tidak adanya ketertiban.

Keadaan kacau ini kemudian membuat Perdana menteri Pusat di Karachi memerintahkan kepada panglima militer Wilayah Punjab untuk mengambil alih kekuasaan diseluruh wilayah itu. Dan ahirnya Jendral Muhammad A’dzam khan mengumumkan keadaan Darurat Militer, dan berikutnya menangkap ulama-ulama provokator pemicu kerusuhan, sebagian ada yang dihukum mati dan sebagian yang lain dihukum seumur hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun