Mohon tunggu...
Ahmad Khoiron
Ahmad Khoiron Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Mad: Santri, Ksatria, Sarungan, NKRI

22 Oktober 2016   11:02 Diperbarui: 22 Oktober 2016   11:18 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malang, 22 Oktober 2016. Hari ini adalah hari pertama kali saya mengikuti Hari Santri Nasional yang dalam sejarahnya diambilkan dari peristiwa dikeluarkannya Resolosi Jihad oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 2016. Peristiwa tersebut hari ini diperingati juga oleh MTsN Malang III (MASANEGA), didahului upacara yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sholawat di masjid MASANEGA.

Dalam kesempatan ini, acara peringatan Hari Santri Nasional ini dihadiri oleh K.H. Ahmad Dahlan Ghoni (Pengasuh PP Shiratul Fuqoha’, Sepanjang Gondanglegi). Dalam kesempatan tersebut beliau menjelaskan bahwa sorang santri harus juga disertai dengan jiwa kesatria. Dan beliau menjelaskan bahwa santri yang identik sarungan itu, ada maknanya sendiri. Menurut beliau saat mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Jend. Abd. Manan di Jakarta, bahwa kata Sarungan itu berasal dari bahasa arab Syaro’a yang berarti syariat. Sehingga jika dimaknai secara mendalam arti dari kata SANTRI KESATRIA YANG BERSYARIA’AT adalah santri yang membentengi dan tetap menjaga keutuhan NKRI dan santri yang membentengi syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sholla Allahu ‘alahi wa Sallam.

Beliau menambahkan santri dalam sejarah berdirinya NKRI adalah garda terdepan dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari belenggu penjajahan. Dan yang lebih penting lagi, dalam perkembangan zaman yang serba cepat ini, santri harus tetap menjaga ideologi Ahlussunnah wal Jamaah, Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin, Islam Nusantara.

Diahir tausiyah, Gus Mad (panggilan Akrab KH. Ahmad dahlan ghoni) menerangkan bahwa para santri dalam perjuangannya tidak bisa dipisahkan dengan sholawat nariyah, dalam menghadapi penjajah para santri selalu mewiridkan sholawat nariyah, hal ini tidak lain adalah untuk memberi kekuatan bathin.

Ahir kata santri adalah bagian dari bangsa ini, yang selalu tetap menjaga keutuhan NKRI, tanpa pamrih berkorban demi tegaknya kedaulatan NKRI.

Maka pertanyaannya jika ada orang yang mengaku santri, tapi merasa benar sendiri, suka mencela dan mencemooh yang lain, mengkafir-kafirkan yang tidak sepaham, pantaskah disebut santri? Atau jangan-jangan Cuma mengaku-ngaku santri?

Wassalam....

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun