Santri itu pembelajar sejati. Â Tempat belajarnya namanya PONDOK PESANTREN. Ini harus disebut lengkap. Jangan cuma disebut PONDOK tapi PESANTREN tidak disebut. Bahaya.
Karena ada model PONDOK yang tidak ada Santrinya. Misal, PONDOK Lesehan (PL). Ini rumah makan. Ada juga PONDOK Mertua Indah (PMI). Kalau ini tempat pasangan yang baru nikah dan belum kuat ngontrak rumah sendiri. Hehe
Maka, santri dan pesantren itu satu kesatuan yang saling menguatkan dalam tradisi keilmuan. Tradisi membaca dan menelaah. Kalau ada orang yang ngaku sebagai santri, tapi kok Ndak suka 'mbaca', kemungkinan dia dari PL atau PMI.
Pesantren itu tempat diskusi keilmuan. Ada dialog interaktif sambil memegang kitab. Dengan seperti itu wawasan dan keilmuan santri jadi luas. Tidak beku. Ini penting dilakukan terutama pada masalah-masalah yang sifatnya "khilafiyah furu'iyah".
Ketika ada di masyarakat awam terjadi debat kusir di tema "dari posisi i'tidal, mana yang turun duluan, dengkul atau tangan ketika hendak sujud", santri yang baik bisa menjelaskan itu dengan adil dan menyenangkan.
Santri yang kurang 'mbaca' biasanya suka bikin gaduh, kagetan dan mudah gumunan. Biasanya, yang model seperti ini akan membawa perkara khilafiyah furuiyah (cabang) seakan-akan Ushul (pokok) dan perkara Sunnah dianggap wajib. Makanya urat lehernya selalu kaku. Gak bisa santuuuyyyy.
Ok. Gitu dulu. Intinya, hari ini adalah "Selamat Hari Santri 2019"------