Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tukang Obat Vs Tukang Sihir

17 November 2020   12:12 Diperbarui: 17 November 2020   12:36 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: pixabay.com)

Sepekan terakhir ini publik di Tanah Air seakan tersedot perhatiannya oleh seorang kharismatik, habib, dan imam atau pemimpin besar seperti yang disematkan oleh para pengikut dan pendukungnya. Berbagai kontroversi menyertainya terutama sejak kepulangannya ke negeri ini 10 November lalu. 


Mulai dari masa yang tumpah ruah saat penyambutannya di bandara hingga acara pernikahan sang putri dan acara Maulid Nabi yang mengundang kerumunan massa. Pada saat bersamaan Indonesia masih darurat pandemi Covid-19. Walaupun kemudian pihak Habib membayar denda 50 juta karena melanggar protokol kesehatan, namun banyak pihak yang menyesalkan kenapa hal itu seolah dibiarkan terjadi. 


Suasana memanas saat seorang artis dalam cuitannya menyindir Sang Habib dengan sebutan tukang obat. Merasa terhina, sontak pendukung Sang Habib geram dan tak tinggal diam. Si Artis diancam untuk minta maaf jika tidak mau digeruduk oleh massa pembela Sang Habib. Si Artis tidak gentar. Seakan membela diri, dia tidak merasa bersalah atas pernyataannya itu. 


Bak gayung bersambut, Sang Habib dalam suatu peringatan Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta, 14 November, merespon sindiran Si Artis. Sang Habib walau tidak menyebut nama Si Artis secara spesifik, berkali-kali menyebut kata yang tidak pantas yang dialamatkan ke Si Artis. Ini tentu disayangkan terlebih lagi dalam forum keagamaan. 


Banyak pihak yang menyesalkan pernyataan itu. Salah satunya Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi. "Ulama sebagai pewaris Nabi harus mencontoh akhlak Nabi yang selalu menghormati dan memuliakan orang lain meskipun orang tersebut berbeda keyakinan bahkan orang tersebut sering menghina, merendahkan, dan memusuhinya," katanya. 


Menurutnya bukanlah akhlak Nabi saling mencemooh, menghujat, dan mencela. Penting saling mengingatkan atau berwasiat baik dalam kebenaran maupun kesabaran demi menjaga ukhuwah atau persaudaraan baik keislaman maupun kebangsaan. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang santun, akhlak yang baik, dan tidak melanggar norma hukum dan susila. 


Wadah habaib se-Indonesia, Rabithah Alawiyah, menilai kata-kata itu tidak elok apalagi dalam acara keagamaan. Terlebih Sang Habib memiliki banyak pengikut dan menjadi panutan tentu memuat tanggung jawab lebih besar. 


Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, menilai apa yang di sampaikan oleh Sang Habib sangat tidak sopan dan merendahkan perempuan. Hal senada disampaikan Ketum PKPI Diaz Hendropriyono. Dia menilai sangat tidak pantas dalam acara Maulid diisi dengan kata-kata itu. Juga adanya indikasi hinaan kepada institusi Polri. 


Dalam literatur sejarah atau biografi Nabi Muhammad saw, kita dapati berbagai julukan negatif ditujukan kepada beliau oleh para musuhnya. Salah satunya adalah tukang sihir atau penyihir. Ini disebutkan dalam Al-Qur'an seperti  Surat Al-An'am: 7, Yunus: 2,  Hud: 7, dan Shaad: 4. 


Menurut musuhnya, perkataan atau ucapan beliau dapat menyihir seseorang yang mendengarnya. Ajaran dan ajakan beliau dapat mencerai-beraikan sebuah keluarga. Itulah sebabnya mereka membuat makar jahat dalam menghadapi dakwah beliau dengan menggelarinya sebagai tukang sihir atau penyihir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun