Mohon tunggu...
Ahmad Hambali Maksum
Ahmad Hambali Maksum Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial politik

WNI tinggal di Belanda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Pemersatu atau Pemecah-Belah Umat Islam?

9 Februari 2017   03:26 Diperbarui: 9 Februari 2017   04:27 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maaf, kalau boleh kita umpamakan,  umat islam sekarang  bagaikan anjing  berebut tulang. Tapi sekali   srigala datang,  mereka kompak meninggalkantulang  bersatu melawan srigala. Initercermin   dari kekompakan  umat islam dalam menyikapi   kasusPenistaan Agama   oleh seorang  terdakwa  Ahok yang berujung pada keluarnya  fatwa/pendapat  keagamaan  MUI,  disusul kemunculan GNPF-MUI   (GerakanNasional Pengawal Fatwa MUI) yang dipelopori FPI dan beberapa organisasi islamlain minus NU.  Selang berapa minggu, kembali muncul celetukan Ahok yang  dianggap menghina/melecehkan seorang Ulama,Ketua MUI   K.H. Ma’ruf Amin   sebagaisaksi  dalam  sidang perkara dugaan penistaan agama  yangternyata beliau juga Rais Aam NU. 

Wajar saja kalau organisasi Islam terbesar diIndonesia  NU yang  semola tak terlibat dalam gerakan anti Ahok, telahmenemukan momentumnya  untuk  melawan kemungkaran atas penghinaanterhadap   pemimpin dan panutan mereka yang sangat dihurmatiyang telah mentradisi dikalangan NU. Andaikata beliau tidak  memaafkanAhok bahkan  menyerukan jihad kepadaseluruh umat islam Indonesia  dalamkapasitasnya sebagai Ketua MUI dan Rais Aam NU   untukmelawan kezaliman  penista dan penghinaagama islam,  tidak mustahil akanterjadinya  konflik horizontal maupunvertikal   yang dapat memicu timbnulnya  perang saudara  seperti yang terjadi di Timur-Tengah sekarang.

Naúuzubillahi min zaalik. Apa lagi  KetuaFPI Habib Rizieq Syihab tengah tersandung berbagai kasus yang tentunya FPI akanmendukung seruan  jihad tersebut sekaligusuntuk mengalihkan perhatian umat islam dari kasus yang membelitnya. Sukurlah  umat islam Indonesia  masih dilindungi Tuhan  melalui kesadaran  seorang Ahok yang telah  berani minta maaf  dan   kearifan  seorang  KH.Ma’ruf Amin yang pemaaf dan berhati mulia  sesuai tuntutan Al-Qurán Surat Ali-Imran 134.Apapun alasannya, katakanlah misalnya penghinaan Ahok terhadap Ulama   didasari husnuzzan (bersangka baik) bahwa semua Ulama pasti pemaaf dan semua umat islam pasti mengikuti Ulamanya, tetap saja  akan dituduh  penista agama karena  telah memanipulasi kitab sucinya   orang lslam untuk membohongi dan menipu umat islam. 

Apalagi kalau didasari suúzzaan(prasangka buruk) terhadap Islam, tentunya jauh lebih besar lagi dosanya.  Itu dari sudut pandang agama. Tapi   politikrupanya berbicara lain. Mungkin Ahok berpikir , kalau sampai hari PemungutanSuara Pilkada  15 Pebruari dia tidak bereaksimembela diri dan menyerang balik atas  tuduhan penistaan agama yang didakwakan atas dirinya, tentunya akan   sia2saja pencalonan dirinya sebagai Gubernur yang telah mati2an diperjuangkan.Bukankah sampai sidang kesembilan kemarin (7-2-2017) kasus penistaan agamamasih tahap pembacaan dakwaan  dan  mendengarkan keterangan para saksi yang hampirsemuanya   menyudutkan dan memberatkan terdakwa?  

Maka sehebat apapun pembacaan pledoi (pembelaandiri)  terdakwa,  tak akan ada artinya  karena Pilkadanya bisa dipastikan telahselesai, dan scoor 0-1 untuk kekalahn Ahok. Itulah politik, jangankanpelanggaran etika, hukum dan agamapun sering dikalahkan demi kepentingan politik.Mengapa begitu sulit  memperpadukan politikdengan agama? Karena agama mengajarkan kebenaran demi mencapai kebahagiaandunia akherat, sedangkan politik mencari  kemenangan dalam mengejar   kekuasaan demi kebahagiaan dunia semata. Mudah2anumat Islam Indonesia, khususnya keluarga Nahdiyyin yang dikenal lebih moderatdan toleran, tak mudah  terprovokasi olehgerakan anti pluralisme  yang merupakanjati diri bangsa Indonesia meskipun  mayoritas muslim. Selamat mensukseskan PilkadaSeluruh Indonesia 15 Februari 2017. 

Semoga kemenangan dipihak  yang benar tapi ingat, tiada kemenangan tanpaperjuangan, tiada pula perjuangan tanpa kekuatan dan tiada kekuatan tanpapersatuan. Tapi, mungkinkah persatuan akan terwujud tanpa adanya salling toleransi? Jawabannya silahkan baca Al-Qurán antaralain Surat Ali-Imran (3): 103, Al-Anáam(6):108 dan Al-Hujuraat (49): 11-13. 

Pernyataan Ketua PBNU untuk tidak melibatkandiri bagi warga NU dalam aksi demontrasi (11 Februai 2017?) cukup bijaksana.

Wallaahulmuwaafiq ilaa aqwamiththariiq.

Den Haag, 8-2-2017.  (A.Hambali Maksum).                   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun