Mohon tunggu...
Ahmad Farhan Badri
Ahmad Farhan Badri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Olahraga/ENFJ/lingkungan hidup/S1 public health

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gula Berlebih, Hidup Terancam: Kisah Generasi Manis

10 September 2025   20:34 Diperbarui: 10 September 2025   20:32 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

AHMAD FARHAN BADRI/191251149

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkembangan zaman dan pesatnya arus globalisasi telah membawa perubahan signifikan terhadap gaya hidup masyarakat, terutama di kalangan anak muda perkotaan. Gaya hidup sehat seringkali diabaikan karena tuntutan aktivitas yang padat dan pengaruh lingkungan sosial yang serba cepat. Fenomena konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi tantangan tersendiri untuk menjaga kesehatan anak muda. Ironisnya, di tengah kemudahan akses informasi, banyak anak muda justru terjebak dalam kebiasaan konsumsi gula berlebih yang berpotensi memicu penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe 2 di usia muda.

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi akibat tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau resistensi terhadap insulin, yang berujung pada peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Meskipun DM tipe 1 seringkali disebabkan oleh faktor genetik atau autoimun, DM tipe 2, yang paling banyak terjadi, sangat erat kaitannya dengan gaya hidup. Faktor-faktor seperti kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan atau obesitas, tekanan darah tinggi, stres, dan kebiasaan mengonsumsi makanan manis menjadi pemicu utama DM tipe 2. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi DM pada rentang usia 15-24 tahun adalah 0,1%, dan angka ini terus meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, yang mengkhawatirkan adalah semakin banyaknya kasus DM tipe 2 yang menyerang remaja, bahkan anak-anak, akibat pola makan yang tidak sehat.

Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula sudah menjadi hal yang lazim di kalangan remaja saat ini. Minuman kemasan berpemanis, makanan cepat saji, dan camilan manis menjadi pilihan favorit yang sering dikonsumsi setiap hari. Padahal, konsumsi gula berlebih secara rutin dapat meningkatkan risiko obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk DM tipe 2. Obesitas menyebabkan penurunan adiponektin dan peningkatan asam lemak bebas, yang pada gilirannya menurunkan sensitivitas insulin (resistensi insulin). Akibatnya, tubuh kesulitan menggunakan glukosa secara efektif, menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik memperburuk kondisi ini, karena tubuh tidak membakar kalori dan gula yang masuk, sehingga menumpuk menjadi lemak.

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya konsumsi gula berlebih menjadi akar permasalahan. Banyak remaja menganggap kebiasaan ini sebagai sesuatu yang wajar tanpa menyadari dampak jangka panjangnya. Informasi kesehatan yang beredar di media sosial seringkali tidak akurat atau bahkan menyesatkan, sehingga diperlukan upaya edukasi yang lebih personal dan kontekstual. Penyuluhan yang efektif harus mampu membangun komunikasi dua arah, memungkinkan remaja untuk bertanya dan berdiskusi mengenai kendala yang mereka hadapi dalam menerapkan pola hidup sehat. Materi edukasi juga perlu disajikan secara ringkas, mudah dipahami, Relevan dengan aktivitas sehari-hari, hidup sehat dapat dimulai dari langkah sederhana yang menyenangkan (Anggorowati et al., 2023).

Pentingnya edukasi dini mengenai pola hidup sehat, khususnya pengendalian konsumsi gula, tidak dapat diremehkan. Program penyuluhan yang melibatkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), penjelasan tentang faktor risiko DM, serta bahaya makanan dan minuman manis, terbukti efektif meningkatkan pengetahuan remaja. Namun, peningkatan pengetahuan saja tidak cukup. Perubahan perilaku memerlukan waktu, konsistensi, dan pendekatan bertahap. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari siswa, serta pendampingan dan pengawasan dari guru atau orang tua, agar makanan dan minuman yang dikonsumsi siswa berkualitas dengan kalori seimbang. Upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, pemerintah, dan komunitas, sangat penting untuk memperkuat kampanye gaya hidup sehat dan menciptakan generasi muda yang lebih sehat, aktif, dan produktif (Lestari et al., 2025).

Sebagai kesimpulan, fenomena generasi manis yang terjebak dalam konsumsi gula berlebih dan berisiko diabetes di usia muda adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian mendesak. Peningkatan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi melalui edukasi yang personal dan berkelanjutan adalah kunci untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan lama. Dengan dukungan dari lingkungan sekitar dan komitmen pribadi, anak muda dapat menerapkan pola hidup sehat yang akan menjadi fondasi bagi kesehatan jangka panjang dan kualitas hidup yang lebih baik(Dan & Anak, 2025).

KATA KUNCI: Diabetes, Edukasi, Gula, Remaja, Sehat

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun