Mohon tunggu...
Ahmad Fairuz Noor
Ahmad Fairuz Noor Mohon Tunggu... -

mari menjelajah dunia tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(Review) Mengulas Sotoy Midnight In Paris

22 Agustus 2012   15:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tengah malam menjadi saat yang paling ditunggu oleh Gil Pender (Owen Wilson) dan mungkin juga orang-orang yang menyaksikan kejeniusan Woody Allen dalam Midnight in Paris karena menghadirkan sosok para seniman besar di masing-masing jamannya, seperti Pablo Picasso, sastrawan Gertrude Stein, jurnalis Ernest Hemingway dan beberapa seniman besar lainnya. Midnight in Paris menceritakan seorang penulis naskah Hollywood yang sedang berlibur ke Paris dengan kekasihnya Inez (Rachel McAdams) dan berusaha untuk menghasilkan novel pertamanya. Gil sangat mengidolakan Paris dengan berbagai keindahan dan sejarah budaya yang dimilikinya sehingga menyusuri jalanan di Paris di tengah malam yang menuntunnya pada para seniman besar di Paris pada jaman yang berbeda.

Bagi saya yang hanya mengetahui sedikit nama seniman besar Paris dari jaman ke jaman, awalnya film ini membingungkan saat Gil melakukan perjalanan tengah malam pertamanya. Saya hanya menyadari konflik yang dirasakan Gil bahwa tidak ada yang mengerti pemikirannya dalam memandang sebuah seni dan keinginannya untuk menulis novel. Namun lama-kelamaan muncul nama Picasso yang sudah tidak asing lagi di telinga orang awam seperti saya. Seorang pelukis besar yang diagungkan karena karya-karyanya. Mulai dari sanalah saya mulai lebih mencermati cerita yang ingin disampaikan dalam film ini. Sosok-sosok seniman besar yang ditemuinya tiap malam memberikan inspirasi baru dalam novel yang ditulisnya, selain itu juga Gil jatuh cinta pada Adriana, seorang model yang juga kekasih gelap Picasso yang pindah ke Paris untuk belajar fashion. Keterbatasan pengetahuan dan sejarah tentang para seniman di atas yang membuat saya tidak tahu mengenai kemiripan karakter para seniman yang dibangun oleh sang sutradara, namun saya senang dengan perjalanan Gil yang membawa saya sebagai penonton menuju gerbang sejarah para seniman besar yang menginspirasi. Walaupun bukan seorang penulis, khususnya penulsi novel, namun film ini memberi saya pengetahuan mengenai pola berpikir dalam menghasilkan sebuah karya, termasuk karya tulisan, hal itu dapat saya temui saat Gil mencoba meminta pendapat Ernest Hemingway dan Gertrude Stein mengenai novelnya, saran-saran yang diberikan dan pola pemikiran mereka menginspirasi Gil dan juga mungkin para penontonnya yang berkecimpung di dunia sastra. Semoga film ini bukan hanya menginspirasi para seniman sastra ataupun insan perfilman tapi juga banyak orang dalam berbagai rutinitas yang dihadapinya.(Fay)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun