Mohon tunggu...
Ahmad Aufa
Ahmad Aufa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jurusan Pendidikan Agama Islam, KKN_DR 53 DPL : Dra, Misrah, MA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Anak dalam Al-Quran

6 Agustus 2020   22:36 Diperbarui: 12 Agustus 2020   16:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak adalah merupakan anugerah dari Allah Swt, buah hati, penerus keturunan, penolong masuk surga, dan amanah dari Allah Swt. Sebagai orang tua berkewajiban memberi pendidikan kepada anak-anaknya, termasuk kita saat ini sebagai calon orang tua.

Yusuf al-Qaradhawy, mengatakan esensi dasar islam itu atau pendidikan islam itu terdiri dari akidah, ibadah, akhlak dan termasuk perundang-undangan. Maka pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya sekurang-kurangnya harus meliputi pendidikan akidah, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak. Dengan ketiga pokok pendidikan tersebut, diharapkan hakikat mendidik anak dapat terealisasi dengan baik, benar, dan tepat. Akidah anak dapat terselamatkan hingga akhir hayatnya.

  • Pendidikan Akidah

Materi pendidikan akidah dewasa ini telah terkemas dalam sebuah ilmu yang disebut "Ilmu Tauhid". Sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mentauhidkan (meng-Esakan Allah) dengan dalil-dalil yang akurat. Sedemikian mendasarnya pendidikan akidah ini bagi anak-anak, karena dengan pendidikan inilah anak akan mengenali siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap terhadap Tuhan dan apa saja yang mesti mereka perbuat dalam hidup ini.

Ajaran Islam menempatkan pendidikan akidah ini pada posisi yang paling mendasar. Ia terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun islam yang lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non Islam. Siapa saja yang mengikrarkan "Dua kalimat syahadat" dan mempedomaninya dalam kehidupan sehari-hari maka dialah yang pantas menyandang predikat sebagai muslim. Dan siapa yang tidak mengingkarinya, dialah orang muslim.

Di dalam Al-Qur'an, Allah menyebut nama Luqman, nama lengkapnya, Luqman al-Hakim, dia adalah seorang tukang kayu, berkulit hitam dari Mesir. Ia seorang yang hidup sederhana, lalu Allah memberinya hikmah dan menganugerahkan nilai kenabian kepadanya. Hikmah artinya kebijaksanaan dan kecerdasan.

Luqman pernah berwasiat kepada anaknya yang berkaitan dengan meng-Esakan Allah Swt, dan melarang menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

Artinya : "Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Q.S. Luqman : 13)

Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, dalam ayat tersebut tersirat nasehat Luqman terhadap anaknya dan ia termasuk orang yang paling belas kasihan terhadap anak dalam hal menvintai atau menyayanginya. Oleh karena itu, Luqman memerintahkan kepada anaknya supaya menyembah Allah semata, dan melarang berbuat syirik (menyekutukan Allah Swt, dengan lain-Nya) sebab, orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, dalam ibadahnya dan dalam akidahnya, adalah kexaliman yang paling berat. Kezaliman dalam arti hakikatnya yaitu mempunyai makna meletakkan kebenaran atau hak tidak pada tempatnya dan beribadah kepada selain Allah Swt.

Luqman telah menanamkan rasa cinta dan iman kepada Allah, dalam hati anaknya, karena Allah adalah pencipta, pemberi rezeki dan penolong satu-satunya tanpa ada sekutu bagi-Nya. Sekaligus juga mengajarkan kepada anak untuk meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah Swt semata.   

  • Pendidikan Ibadah

Mendidik anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pembinaan akidah. Karena nilai akidah yang didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajaran agamanya. Atau dalam istilah lain, semakin tinggi nilai ibadah yang dimiliki, akan menambah tinggi pula keimanannya. 

Maka bentuk ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cermin atau bukti nyatadari akidahnya. Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya "Tajribah at-Tarbiyah al-Islamiyah", menjelaskan seperti dikutip oleh Muhammad Nur Abdul Hafiz, agar akidah anak kuat di dalam jiwanya, ia harus disiram dengan air ibadah dari berbagai bentuk dan macamnya, sehingga akidahnya dapat tumbuh dengan kokoh. Kemudian pengejaran ibadah itu harus diambil dari sumber-sumber yang benar dalam islam dan teks-teks agama yang benar dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun