Mohon tunggu...
Ahmad Kindi
Ahmad Kindi Mohon Tunggu... -

Master of Writing Revolution System

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baru; Cara Al Qur’an Merubah Biji Sawi Menjadi Atom

17 September 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:53 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pertama, apa hal terbaru yang Anda temukan baru-baru ini? Sesungguhnya tidak ada perkara yang baru bagi Allah. Hanya saja manusia-lah (yang) baru menemukan hal-hal baru terutama setelah menelusuri ayat-ayat Nya. Sebagaimana yang disebutkan Profesor Palmer, seorang ahli kelautan di Amerika Serikat,"ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam Al-Qur'an beberapa tahun yang lalu".

Sekarang, mari kita sedikit berbicara sejarah.

Bagi Anda yang sudah pernah mendengar kata zarrah (Yunus:61), mungkin Anda sudah mengetahui bahwa pengertian dari kata zarrah adalah benda terkecil yang ada di alam semesta. Awalnya para ahli tafsir mengartikan zarrah sebagai ‘biji sawi’. Itu sebabnya dulu kita mendapati terjemahan Al Qur’an surat Az Zalzalah ayat 7 dan 8 sebagai berikut:

“Maka barang siapa mengerjakan kebajikan sebesar biji sawi akan mendapat balasan(kebaikan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar biji sawi akan mendapat balasan(kejahatan)nya.”

Belakangan orang-orang meyakini bahwa benda terkecil di alam semesta adalah atom.Maka ‘biji sawi’ pun tersingkir dari terjemahan Al Qur’an digantikan ‘atom’. Berdasarkan fakta ilmiah ini seharusnya membuat siapa pun mudah berkesimpulan bahwa di masa mendatang besar kemungkinan akan ditemukan lagi benda yang lebih kecil dari pada atom.

Intinya di sini bukan untuk mengajak Anda menemukan benda yang lebih kecil lagi. Namun hal ini seharusnya membuat kita berani berpikir lebih mendalam serta mengamati kehidupan dengan cara berpikir yang luas. Karena kenyataannya kebanyakan kita tidak demikian.

Mengapa saya berani menyatakan seperti itu?

Ada satu pengalaman lucu di lingkungan perkuliahan (sebenarnya salah satu peristiwa mengerikan selama pengalaman saya belajar). Saat mengikuti mata kuliah ‘Ilmu Alamiah Dasar’, Bu Dosen menerangkan tentang berbagai teori yang muncul membantah teori sebelumnya. Mulai dari teori bumi datar hingga teori bumi bulat. Selain itu perubahan berbagai teori tata surya juga dibahas serta teori-teori lainnya.

Saat diberi kesempatan bertanya, seketika saya mengangkat tangan dan berkata, “Bu, apakah mungkin teori terakhir tadi masih bisa dibatalkan dengan teori baru?”

Tak disangka, Bu Dosen itu menjawab dengan suara keras, “Itu kan kepala kau saja.” Tiba-tiba kelas riuh dengan suara tawa mahasiswa lainnya.

Saya tidak akan menyalahkan Anda jika Anda juga ikut tertawa. Hanya saja bagaimana bisa logika sesederhana itu tidak mampu diterima bahkan oleh seorang dosen sekalipun?

Ah… mari sejenak tersenyum atas kelucuan kita... :)

Sekarang kembali ke benda terkecil di alam semesta. Saat ini ilmu pengetahuan telah berhasil mengungkap partikel terkecil yang (lebih kecil dari atom) di sebut Quark.

Setelah penemuan ini, apakah lagi kira-kira benda yang lebih kecil dari pada quark itu?

Sekali lagi, tulisan ini bukan untuk menganjurkan Anda menjadi penemu benda yang lebih kecil dari pada quark, melainkan mengajak Anda untuk memiliki pola pikir atau cara pandang yang terbuka. Khususnya terhadap ayat-ayat Al Qur’an. Mengingat selalu saja muncul penjelasan ilmiah dari ayat-ayat Al Qur’an. Apakah Anda seorang muslim atau pun belum muslim, jika Anda menyukai hal-hal ilmiah maka Al Qur’an adalah kitab yang harus Anda baca.

Satu lagi, entah apakah Anda seorang muslim atau pun Anda belum muslim, setidaknya ada dua hal yang harus Anda lakukan sebagai adab dalam membaca Al Qur’an:

1.Buka hati dan pikiran Anda agar hakikat Al Qur’an menghiasi pikiran Anda dan bersemi di dalam hati Anda. Dengan kata lain, hati dan pikiran yang tertutup akan menyulitkan Anda dalam memahami rahasia Al Qur’an. Sebagai contoh; coba tempatkan diri anda pada 14 ribu tahun yang lalu seolah-olah Anda hidup di zaman Nabi Muhammad saw.

Nah, apa komentar Anda jika saat itu Anda melihat robot yang bisa main sepak bola? Mungkin Anda takjub atau heran atau malah menuduh itu sebagai sihir. Lalu kenapa saat ini robot seperti itu menjadi sesuatu yang biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah?

Beruntunglah Abu bakar r.a ketika menjadi orang pertama yang meyakini dan membenarkan perjalanan Nabi Muhammad saw dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha hingga ke Sidratul Muntaha. Peristiwa yang kita kenal dengan Isra’ Mi’raj tersebut terjadi hanya dalam waktu sekejap.

Padahal saat itu Rasulullah telah melakukan perjalanan yang jauh. Bahkan diriwayatkan bahwa saat Nabi Muhammad saw kembali, alas tidur beliau masih hangat. Sekarang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, peristiwa semacam itu sudah bisa dijelaskan secara ilmiah (http://smayani.wordpress.com/2010/06/14/menguak-misteri-isra-miraj-dalam-tinjauan-fisika-dan-tafsir/).

Jika kita beralih ke sebuah ayat Al Qur'an yang dibahas menggunakan pengetahuan astrofisika (gabungan astronomi, fisika dan matematika) yaitu Surat An Nurayat35, maka kita akan menemukan sebuah hikmah yang mengagumkan.

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (An Nur 24 : 35)."

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi cahaya di alam semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, mufassir (ahli tafsir) klasik menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci.

Mufassir modern, seperti Malik Ben Nabi, menjelaskan bahwa misykat adalah lampu bohlam: Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana.’ Tetapi, dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything, perumpamaan ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi efek lensa yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Mungkin Anda sudah mengetahui bahwa Quasar atau Quasi Stellar adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka mewakili objek yang paling terang di alam semesta, bahkan jauh lebih terang dari cahaya matahari atau bintang. Para astronom menemukan bahwa objek 'seperti bintang' ini terletak miliaran tahun cahaya dari bumi. Objek ini tentunya mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari sini. Energi mereka berasal dari "pusat lubang hitam yang sangat masif". Nah, karakter pertama dari ayat ini yaitu misykat adalah "lubang hitam", sedangkan karakter kedua yaitu "pelita dalam kaca" adalah galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yangterbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak keterangan tentang quasar oleh astronom NASA. "Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalanyang menciptakan berbagai image (lapisan cahaya atas cahaya)" Energi luar biasa quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika "bintang-bintang dan gas" dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut "pohon" oleh Al Qur'an adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai "pohon-pohon" yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah diagram Hertzprung­ Russel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997. Karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan "diterangi tanpa tersentuh oleh api", suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan cahaya yang sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris tidak ada ok­sigen untuk pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen ber­tumbukan dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi dahsyat tersebut yang membuat objek "bintang- bintang" bersinar tanpa "disentuh api', energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk meng­gambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayattersebut: "seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara". Bahkan aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti "mutiara" bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada, gemerlapan, sangat menawan. Singkatnya, terjemahan bebas ayat 35 Surat An Nur dari sisi sains adalah: "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan)kaca (efekgravitasi lensa dari galaksi) itu seakan­akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaksi) yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yangminyaknya (fusinuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagimanusia,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."*

Sekali lagi, buka hati dan pikiran Anda agar dapat memahami rahasia Al Qur’an yang begitu banyak serta keajaibanya yang tak terhitung.

2.Baca secara tartil (perlahan dan tenang ) serta berulang-ulang.

“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil (Al Muzzammil:4)”

“(Allah) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Sang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al Mulk:3)”

Akhirnya, tidak masalah apakah Anda tidak meyakini kebenaran Al Qur’an. Tidak masalah apakah Anda tidak menyukai penjelasan ilmiah atas ayat-ayat Al Qur’an. Tidak masalah apakah sebagian orang cinta dan sebagian lainnya benci kepada Al Qur’an.**

Yang pasti Al Qur’an telah memberikan kebaikan bagi kehidupan manusia; kehidupan Anda.

Tidak ada kitab yang lebih nikmat dari Al Qur’an.

Nikmatilah.

===========

Ahmad Kindi

Master of Spiritual Writing System

=======================

*Lihat buku Arifin Muftie ‘Matematika Alam Semesta; Kodetifikasi Bilangan Prima dalam Al Qur’an’, terbitan PT Kiblat Buku Utama Bandung, 2004.

** Lihat(http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/09/06/hadiah-terindah-yang-harus-anda-miliki/)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun