Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Adab Pedagang

30 November 2020   12:54 Diperbarui: 30 November 2020   13:09 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Menjual barang dagangan bisa dilakukan oleh hampir semua orang, asalkan ada barang yang layak dijual. Menjual pun kadang butuh strategi marketing , kadang tak butuh apapun, hanya mengandalkan orang yang lewat dan tertarik pada barang dagangannya. Tidak semua pedagang mahir dalam memainkan kata-kata untuk meraryu pembeli. Di pasar tradisional sering kita jumpai beberapa ujaran yang sering diucapkan oleh para penjual untuk menarik perhatian orang yang lalu-lalang. 

" Silakan mampir, mas, mbak ", " Boleh dilihat dulu, mbakyu , sayang ", atau " Boleh ditengok dulu, mas sayang ". Namun tidak semua ujaran itu berlaku di semua tempat. Ada yang hanya diam saja sambil bermain handphone, ngerumpi dengan penjual sebelahnya , bahkan sambil tidur di sebelah atau di pojok dinding.

Mengkaji para penjual barang dagangan dengan segala triknya memang tak akan habis dimakan waktu untuk mengurainya. Oleh karena itu penulis hanya akan melihat sudut pandang dari adabnya saja serta persepsi kita sebagai calon pembeli.

Penjual yang menyampaikan barang dagangannya tetapi ketika ditawar oleh pembeli malah dia tersinggung juga biasa kita jumpai. Pembeli yang hanya sekedar iseng pun akan jadi membeli jika dia diperlakukan dengan baik. Sikap baik yang ditunjukkan bisa meluluhlantakkan hati calon pembeli untuk sekedar membeli satu atau bahkan lebih barang dagangan.

Ada pula penjual yang merasa bangga dengan jumlah pembeli yang berjubel hingga dia lupa cara melayani pelanggan yang penuh ramah dan senyum. Tujuan akhirnya untuk laris mungkin tercapai tetapi beberapa pembeli pun akan merasaakan ketidakramahan dan pelayanan yang kurang sempurna. Beberapa pembeli yang menemui kasus seperti ini biasanya beralih tempat. Mereka rela membeli lebih mahal asal denga pelayanan yang baik dan ramah. Tetapi ada pula sebagian kecil pembeli yang tak mempedulikan kermanusiaaan, mereka lebih suka harga murah tanpa peduli jenis pelayanan.

Tipe penjual yang lain adalah yang berjualan sambil melaksanakan ibadah, seperti sambil berdzikir atau membaca kitab sucinya di sela-sela menunggu pembeli. Jenis pedagang yang seperti ini tampak dalam kategori orang Jawa bilang' Ora Kedonyan". Dia tidak terbelenggu oleh harta , karena masih sempat ingat pada penciptaNya. Bahkan akan lebih dihargai lagi bila waktu sholat dia bisa bergantian untuk menjaga toko atau bahkan tutup sementara untuk melakukan ibadahnya. Tentu saja tipe yang seperti ini masih kita jumpai di beberapa tempat.  Mereka sadar tujuan penciptaan tidak untuk sekedar mengejar harta, tetapi mempersiapkan akhiratnya.

Tipe yang lagi ngetrend saat ini adalah penjual on line yang menjajakan barang daganganya secara digital.Digital Marketing mereka bisa menembus semua medsos dengan segala strategi bisnis yang dipilih. Tipe ini biasanya mereka para UMKM yang telah sadar arti tehnologi yang bisa  menfasilitasi dunia kerja mereka. Adab yang harus diperhatikan adalah bahwa barang yang dijajakan secara digital secara kualitas tidaklah berbeda dengan yang sesungguhnya. Menghindari tipuan pada konsumen melalui pengirimain yang tepat waktu dan kualitas yang terjaga akan membuat keberlangsungan dagang menjadi berumur panjang. Ini bisa dilihat dari testimoni yang menjadi referensi para pembeli sebelum berselancar ke dunia maya.

Ada juga tipe pedagang antar teman yang biasanya dijajakan di sekitar rumah , kantor ataupun sekolah. Seorang pedagang yang menjual barang dagangan antar teman tidak butuh marketing terlalu rumit karena sesama  teman biasanya tak butuh banyak pertanyaan. Ada yang membei karean butuh, membeli karena sekedar ingin melanggengkan pertemanan atau sekedar ingin membantu. 

Menghadapi hal seperti ini biasanya pembayarannya pun ada yang bertempo satu , dua hari bahkan sampai satu minggu. Pedagang yang baik dan beretika tidak akan memproklamirkan siapa saja yang sudah membeli tetapi belum membayar, asalkan masih tahap wajar. Apalagi baru dibeli di pagi hari dan siangnya akan dibayar namun ditengah-tengah waktu disampaikan ke orang tentang kondisi pembayaran. Hal ini sangatlah tidak etis dan mengurangi esensi pertemanan. 

Tipe yang lain adalah pedagang yang sering sekali berkeliling di kampung atau perumahan menjajakan dagangan kepada orang -orang yang dilewatinya. Terkadang para pembeli itu tidak butuh barang yang dijajajan, tetapi karena rasa kasihan maka mereka akhinya membeli juga, apalagi jika yang menjual adalah mereka yang sudah sepuh atau anak kecil putus sekolah yang membantu orang tuanya. Kadang sisi kemanusiaan sangat menonjol dalam transaksi perdagangan yang ini.

Yang tak kalah pentingnya adalah  ukuran dalam menimbang, kesepakatan, deal harga dan juga jatuh tempo yang disetujui. Jagalah komunikasi. Jangan ada unsur pemaksaan dalam pembelian apalagi unsur penipuan berbungkus pemanfaatan rasa perikemanusiaan. 

Selamat menjadi pedagang yang amanah dan pembeli yang baik. Manfaat pandemi ini untuk membuka UMKM baru di lingkungan masing-masing. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun