Allah menciptakan makhluk memilki manfaat sendiri-sendiri, karena sifat Allah . Dari yang terkeci yaitu udara, air, virus, microba, zoo plankton, dll sampai yang paling besar berupa bumi, langit, matahari, galaksi-galaksi, gajah, paus biru dan semua  yang ada di udara, tanah, dan air semua memiliki manfaat tersendiri.
Virus sebagai salah satu makhluk terkecil juga memiliki manfaat dan juga dapat merugikan makhluk hidup yang lain. Salah satu fungsinya adalah sebagai bahan utama pembuatan vaksin. Vaksin dibuat dari selubung protein yang ada di tubuh virus sendiri. Dalam salah satu hadis Rasulullah ada salah satu riwayat yang menyatakan bahwa :
Artinya : "Jika ada seekor Lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan kemudian angkatlah, karena pada satu sayapnya penyakit dan sayap lainnya terdapat obatnya." (HR. Al-Bukhori : 3073 & 5336).
Hadis tersebut walau yang terkandang disitu adalah lalat yang membawa penyakit tapi, memiliki inti yang sama yaitu setiap makhluk pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya. Â Namun virus lebih terkenal bersifat merugikan makhluk lainnya, karena virus yang sangat tidak kasat mata (membutuhkan microskop untuk melihatnya) serta mudah menyebar dan menempel pada inangnya. Salah satu virus yang sering kita dengar saat ini adalah virus Corona (COVID-19).
Virus Corona yang sedang melanda dunia tidak hanya merugikan inang yang di hinggapi oleh virus tersebut, tetapi semua yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat disekitar orang yang terinfeksi virus tersebut, karena virus tersebut sudah dianggap pandemi atau wabah sehingga akan berdampak besar bagi kehitupan manusia, tidak hanya individu bahkan kelompok, organisasi, bangsa, negara, bahkan dunia.
Indonesia sebagai negara plural ras, suku, agama, dan kebudayaannya. Berkaitan dengan dampak wabah virus Corona yang ada telah berbulan-bulan menyebar di Indonesia, dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada sektor sosial, ekonomi, politik, pendidikan, bahkan sampai pada agama. Ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat beragama menjadi terhambat karena adanya sistem PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) yang awalnya ditetapkan sebagai salah satu pencegahan penularan virus tersebut.
Pembatasan sosial bersekala besar yang ditetapkan untuk umat beragama tidak hanya pembatasan kegiatan keagamaan juga kegiatan keagamaan yang yang diselenggarakan di tempat ibadah. Sebagai umat Islam yang memiliki kewajiban taat kepada aturan agama serta pemerintah, harus memiliki strategi tersendiri untuk menghadapi kondisi seperti ini.Â
Warga yang tinggal jauh dari pusat wabah virus Corona tetap berhati-hati dengan kondisi tersebut, sehingga banyak dari mereka yang tetap mengadakan kegiatan keagamaan di masjid dan tempat ibadah yang lainnya.Â
Pembatasan yang dilakukan oleh umat Islam supaya tetap melakukan aktivitas ibadah seperti biasa di tempat ibadah adalah diantaranya dengan memberi jarak sekitar satu meter antar jama'ah, mengurangi jumlah jama'ah, mengurangi aktivitas ibadah seperti salat Jum'at diganti dengan salat Dzuhur dirumah, tidak diadakannya shalat tarawih di masjid atau di tempat ibadah yang lain, tidak bersalaman, dan himbauan lain yang berkaitan dengan PSBB.
Hal tersebut memiliki maksud atau kandungan arti bahwa, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus Corona tersebut seakan-akan bertentangan dengan adat kebiasaan umat beragama, padahal kewajiban yang dilakukan oleh umat beragama masih terlaksana. Misalnya pemberian jarak sekitar satu meter, ketika salat ditempat ibadah deberikan jarak minimal satu meter, ini bahkan bertentangan dengan hadis:
Artinya: "dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Luruskanlah shaf-shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku." Dan setiap orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki temannya." (HR. Al- Bukhori: 683).