Berpikir merupakan proses kerja akal dalam diri manusia berkehendak untuk memperoleh kebahagiaan melalui serangkaian proses khas pada manusia yaitu berpikir dengan cara mengaktualisasikan segala bentuk potensi pada manusia. Setiap tindakan menghasilkan karya adalah produk dari potensial berwujud suatu aktualisasi kemudian terus-menerus berubah. Berpikir dalam kebahagiaan itu proses meletakkan nilai inelektualitas dan etika sebagai pemicu perubahan menuju diri lebih baik. Gerak pengetahuan dalam berpikir bukan sekedar pada dasar materi fisik melainkan kemerdekaan berpikir. Kata A. Einstein sebagai bentuk imajinasi. Sebab, materi terbatas sedangkan pikiran melampaui keterbatasan. Berpikir ala kaum kritis juga merupakan salah satu akar menuju kebahagiaan. Dengan prinsip sesungguhnya, menghasilkan pertentangan-pertentangan suatu kebenaran telah dianggap mutlak adanya namun, tat kala sanggahan itu terjadi kebenaran pengetahuan memiliki kualitas mampu dijadikan fondasi menyusun setiap penalaran dilakukannya.Â
Budaya dan cara berpikir
Budaya dapat mempengaruhi corak berpikir, di Amerika Serikat budaya pragmatis sudah tertanam dalam jati diri masyarakat kapitalis. Tentu, corak budaya pragmatis itu bertalian terhadap kriteria-kriteria kebenaran pengetahuan. Banyak sekelompok orang Amerika Serikat menganggap kebahagiaan apabila sesuatu itu mendatangkan keuntungan terutama keuntungan materil pengakuan sosial, kekayaan dll. Sesungguhnya pola berpikir pragmatis serupa suatu aliran kebebasan masyarakat modern cenderung individual. Kebahagiaan berpikir mencoba menghindari diri pengaruh budaya subjektif tergantung penalaran kebenaran pada masing-masingnya. Kebahagiaan berpikir selalu memposisikan dirinya secara objektif. Sebagaimana berpikir secara teoritis dan saintifik, secara teoritis yakni pengetahuan-pengetahuan kontemplasi, kesadaran diri, kritisisme mengacu kebenaran suatu pengetahuan. Prinsip penalaran terhadap unsur-unsur ilmu pengetahuan menjadi dasar pengetahuan dapat dibuktikan.