Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole*
Produktivitas kata seringkali terdengar atau terucap kerapkali ucapan disampaikan tingkat produktivitas bekerja, tingkat produktitas menulis. Trend produktivitas ini muncul pada abad ke 21 masa revolusi industri 4.0 hingga revolusi society 5.0 semua orang terlibat dalam pembangunan berbasis technologi atau kemampuan-kemampuan adaptif dalam melakoni perubahan civil society cenderung terhadap kolaborasi. Dan kompetisi. Tak khayal apabila produktivitas ini menjadi keunggulan utama untuk pengembangan diri baik secara individual maupun kelompok. Produktivitas lebih mencerminkan usaha capital, capital social, capital conceptual seiring itu juga pengembangan intelektual, moral forces. Dan nilai kemanusiaan. Produktivitas secara multidimensional dikonkritkan dalam nilai kehidupan banyak orang kemudian memanfaatkan produktivitas sebagai pengembangan kemampuan mengasa diri menghasilkan produk unggulan. kemampuan terjalin dengan disiplin waktu, manajemen, tindakan terus-menerus. Produktivitas menulis ialah kemampuan menghasilkan tulisan secara terus-menerus. produktivitas alat angkut misalnya kemampuan menghasilkan jumlah barang, benda, material dll. Produktivitas sarat aktivitas penuh sehingga produktivitas sebaliknya bertentangan prinsip sosialisme Marxian menyatakan hak untuk malas, hak untuk menentang produktivitas sebagaimana bagian dari jejaring kapitalisme seperti ditulis oleh Paul Lavarque dalam hak untuk malas. Seyogyanya produktivitas tak lepas dari segalalini bahkan gerakan sosial politik intensif sekalipun terikat dengan kemampuan gerakan terus-menerus.
*Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar/ Pegiat Belajar Filsafat).