Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Catatan Kecil Awal Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

20 Oktober 2021   18:00 Diperbarui: 3 November 2021   07:02 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto presentasi dan laporan WK kepada orang tua siswa (sumber: pribadi)

A.  Latar Belakang

Sejak dimulainya pembelajaran jarak – jauh karena wabah SARS-COV-2, sebagian besar siswa, yang penulis ajar, telah memiliki piranti belajar online yang memadai. Hampir seluruh siswa telah memiliki smartphone dan atau laptop. Mereka pun mendapatkan dukungan  jaringan internet yang memadai.

Sempat muncul kekawatiran, biaya internet untuk belajar online akan menambah pengeluaran keluarga secara signifikan. Sehingga para guru didorong untuk berstrategi mengatur KBM, kapan melakukan perjumpaan dalam jejaring dan kapan memberikan penugasan. Komunikasi pembelajaran antara guru dan siswa secara online yang awalnya kaku, akhirnya menjadi semakin luwes dan terbiasa. Kenyamanan belajar online terbentuk dan menjadi budaya belajar baru antara guru dan siswa. Akhirnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas ter-substitusi dengan model pembelajaran tatap muka online.

Permasalahan muncul dengan meredanya pandemi COVID-19, pemerintah menawarkan pilihan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Banyak sekolah yang merespon positif program pembelajaran campuran ini. Sebagian siswa antusias meminta persetujuan orang tua agar diperkenankan mengikuti PTMT. Sekitar 50% siswa di sekolah penulis telah mengirimkan surat pernyataan persetujuan orang tua. Namun setelah orang tua mengikuti sosialisasi PTMT, 33% dari siswa yang berencana ikut PTMT mundur kembali dan memilih belajar online.

Fenomena kecil di atas menggelitik penulis untuk mencari tahu beberapa alasan penyebab siswa masih ragu – ragu mengikuti PTMT. Survei berskala mikro penulis lakukan dengan subyek siswa yang menjadi anak wali penulis. Dengan pelaporan hasil survei ini, penulis berharap menjadi pijakan kecil untuk berdiskusi menyempurnakan PTMT.

B.  Hasil survei 1: Lamanya Waktu Siswa untuk Berkonsentrasi Mengikuti Pembelajaran

Setelah melalui polling dengan pertanyaan, berapa lama waktu siswa mampu konsentrasi mengikuti pembelajaran campuran PTMT dengan PJJ, ada 6 siswa yang hanya mampu berkonsentrasi selama kurang dari 30 menit. Siswa yang mampu berkonsentrasi lebih dari 40 menit ada 13 anak. Sedangkan mereka yang menyatakan mampu berkonsentrasi antara 30 sampai dengan 40 menit ada 14 orang.

Sumber melemahnya konsentrasi dikarenakan lingkungan belajar yang hanya ada dirinya sendiri, kebosanan mendengarkan ceramah online, dan kelelahan menyerap informasi. Bagi penulis, secara tersirat informasi ini mengindikasikan perlunya penguatan cara mengajar guru agar dapat lebih menarik perhatian siswa. Cara mengajar yang dapat mengeliminasi dampak kebosanan, kelelahan, dan kesendirian dari siswa yang mengikuti pembelajaran online. Ini merupakan tantangan bagi guru untuk mendesain pembelajarannya.

C.  Hasil Survei 2: Respon Siswa terhadap Kesuksesan Guru Menggunakan Piranti Pendukung Penyelenggaraan Pembelajaran Campuran PTMT dan PJJ

Dari kebiasaan menyelenggarakan PJJ, guru penyelenggara PTMT dihadapkan pada pembelajaran campuran - sinkron, menyampaikan materi langsung kepada siswa yang hadir dan menyajikannya secara online bagi siswa yang mengikuti belajar dari rumah. Guru memberikan perhatian kepada siswa yang hadir di kelas dan siswa yang belajar online. Kondisi inilah yang mengharuskan guru untuk meningkatkan performa-nya, Guru didorong untuk melek teknologi yang mendukung pembelajaran campuran. Sebagai gambaran, untuk dapat menghadirkan kelas, piranti pendukung seperti camera beresolusi tinggi, microphone yang sensitif, dan speaker aktif perlu diinstalasi melengkapi piranti utama laptop atau PC dengan spesifikasi yang layak.

Terkait dengan adaptasi teknologi di atas, penulis melakukan polling. Awalnya polling ditujukan untuk mengetahui apakah cara mengajar penulis sudah dapat diterima siswa atau belum. Namun akhirnya penulis kembangkan menjadi lebih umum, mensurvei penguasaan piranti pendukung pembelajaran campuran para guru. Perlu diketahui oleh pembaca, ada 14 mata pelajaran yang diberi mendapat kesempatan menyelenggarakan PTMT dengan jam belajar senin sd. Jumat pukul 07.30 sampai dengan 09.30. Setelah itu, seluruh siswa kembali diwajibkan mengikuti PJJ pukul 11.30 sampai dengan 13.00.

Dari 33 siswa anak wali penulis, sebagian besar siswa menyatakan 7 sampai dengan 9 guru mata pelajaran yang telah lancar menggunakan teknologi yang mendukung penyelenggaraan pembelajaran campuran. Dengan demikian, sebenarnya tidak ada masalah bagi guru untuk mengadaptasi teknologi pendukung PTMT, setidaknya ini berlaku di sekolah penulis.

Dalam laman guru berbagi, ada panduan penyelenggaraan PTMT, ada juga seri semangat guru yang menawarkan pembelajaran mengasah kemampuan nonteknis dalam adaptasi teknologi. Di sejumlah youtube juga dapat kita peroleh ‘ilmu’ singkat yang membantu meningkatkan kemampuan teknis mengadaptasi teknologi. Penulis mengusulkan untuk lebih menginstankan lagi materi – materi semacam itu dengan memberikan contoh nyata dalam durasi waktu simak yang masuk akal. Sehingga seorang guru dapat dengan cepat membaca, menyakini, dan akhirnya menerapkannya untuk menyelenggarakan pembelajaran campuran dengan lebih baik.

 

D.  Hasil Survei 3: Menakar Sejauhmana Pemahaman Siswa setelah Mengikuti Pembelajaran Campuran PTMT dan PJJ

Dari 7 siswa anak wali penulis yang hadir mengikuti PTMT, ada 4 siswa menjawab nyaman belajar di sekolah sehingga mereka merasa lebih paham terhadap materi ajar yang disampaikan guru. Namun, ada 3 siswa yang memberikan jawaban pembelajaran PTMT masih sama saja dengan PJJ. Sedangkan 26 siswa peserta PJJ, setelah melihat guru beraksi di depan kamera, menulis di papan tulis, menjelaskan materi dengan mimik muka dan gerak tubuh; menyatakan bahwa hal itu belum terasa memberikan efek meningkatkan pemahaman mereka.

Mungkin polling di atas terlalu dini dilakukan dalam situasi dan kondisi guru masih berusaha menyempurnakan PTMT. Penulis sendiri menanggapi hasil polling tersebut sebagai sebuah rambu – rambu untuk giat mencari pembeda dalam menyelenggarakan PTMT dibanding pembelajaran online biasa. Saat terjadi peralihan KBM di kelas menjadi PJJ awal pandemi, usaha untuk mencari pembeda telah ramai dibicarakan dalam upaya menyajikan PJJ yang menarik dan berarti. Kiranya usaha ini perlu dipikirkan pula untuk menyajikan PTMT agar pembelajaran campuran tersebut menjadi menarik dan berarti pula. Harapannya agar pembelajaran campuran pun  menjadi lebih efisien dan efektif mendukung usaha siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Advise dari motivator pendidikan yang penulis simak dan baca dari laman guru berbagi adalah sebaiknya guru menyelenggarakan pembelajaran praktik yang bisa diikuti langsung oleh siswa dan atau kegiatan penguatan berupa tanya – jawab dan pembahasan soal yang melibatkan seluruh siswa. Kegiatan ini telah penulis ujicobakan dan hasilnya akan disajikan di bagian lain dari tulisan ini.

 

E.  Hasil Survei 4: Pembelajaran Seperti Apa yang sebaiknya Diselenggarakan oleh Guru dalam PTMT dan PJJ ?

Polling yang ke-4, penulis menanyakan kepada siswa, model pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Ada 5 pilihan yang penulis sediakan. Setiap siswa boleh memilih model pembelajaran lebih dari satu. Pilihan pertama adalah guru mempraktikkan materi pelajaran yang diampunya. Dari 33 siswa, ada 18 siswa (56,2 %) yang menyukai penggunaan metode  praktik langsung (guru mendemonstrasikan percobaan di kelas PTMT dan bisa disaksikan secara sinkron - online oleh peserta PJJ) maupun penugasan praktikum mandiri. Kegiatan ini melibatkan siswa secara langsung dalam menuliskan prosedur praktikum, mengumpulkan data, menganalisis data, melakukan pembahasan dan kesimpulan. 

Pilihan kedua adalah guru menjelaskan materi pelajaran, memberi penegasan dengan tulisan di papan tulis kelas PTMT yang bisa disaksikan secara sinkron – online peserta PJJ. Dari 33 siswa, ada 11 siswa (33,3 %) yang mendukung penyajian materi model ini.

Pilihan ketiga adalah guru menjelaskan materi pelajaran dengan memanfaatkan software presentasi untuk menampilkan bahan ajarnya melalui LCD Proyektor kelas dan dishare-screen kepada siswa yang mengikuti PJJ. Dari 33 siswa, ada 14 siswa (42,4 %) yang menyukai model pembelajaran tersebut. Yang menarik adalah, ada peserta PTMT yang tetap ikut bergabung dalam ruang kelas online untuk menyimak presentasi guru daripada memperhatikan guru yang ada didepannya.

Pilihan keempat, hakekatnya sama dengan pilihan ketiga, namun dengan tambahan alat tulis digital pen tablet. Pokok – pokok materi ajar disiapkan melalui software presentasi dan dikembangkan dengan menuliskan definisi, penjelasan hubungan antar konsep, grafik, formula, dan lain – lain menggunakan coretan – coretan menggunakan pen tablet. Meskipun sifatnya masih interaktif satu arah, ternyata 21 siswa (63,6%)  menyukai model pembelajaran ini. Dan seperti model sebelumnya, ada peserta PTMT yang tetap ikut bergabung dalam ruang kelas online untuk menyimak presentasi guru, yang sebenarnya sedang mengajar didepannya.

Pilihan kelima adalah guru menyajikan materi ajar berikut penjelasannya dengan membuat video pembelajaran. Model ini disukai oleh 13 siswa (39,3 %). Mereka mengungkapkan belajar melalui video pembelajaran dapat diulang – ulang, dan bebas disimak kapanpun. Namun ada saran siswa agar guru memperpendek durasi penyajian.

Tingginya respon positif pembelajaran berbasis praktik dan penyajian materi dengan memanfaatkan pen tablet, penulis artikan bahwa siswa masih memiliki semangat untuk terlibat dalam belajar selama pandemi melalui indera pendengaran, indera penglihatan, dan kemauan berpartisipasi. Siswa masih menginginkan kehadiran guru yang aktif dalam menjelaskan materi ajar, lepas dari keterbatasan piranti online untuk menyelenggarakannya.

F.  Hasil Survei 5: Kemauan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Sekolah

Polling yang ke-5 terkait dengan kemauan siswa untuk mengikuti PTMT. Ada hal yang menarik dari survei ini dengan latar belakang situasi dan kondisi siswa seperti telah dijelaskan di bagian latar belakang. Sebagai informasi, dari 33 siswa anak wali penulis; hanya 7 siswa yang diijinkan oleh orang tuanya mengikuti PTMT. Ketika PTMT telah berlangsung hampir 2 minggu, polling ini diberikan kepada siswa yang menjadi anak wali penulis. Hasil polling menyatakan sebagian besar siswa masih ragu-ragu untuk mengikuti PTMT. Ada 14 siswa (42,4%) masih takut tertular SARS-COV-2. Jadwal PTMT di shift pagi yang dilanjutkan PJJ di shift siang hari menjadi salah satu sebab 20 siswa (60,6 %)  merasa akan terjadi kendala transportasi hadir – pulang sekolah. Walaupun ada jeda waktu pulang yang cukup panjang, sebagian siswa yang jauh dari sekolah menyatakan akan kesulitan untuk tepat waktu mengikuti PJJ lanjutan pasca PTMT di sekolah.

Hasil polling juga menginformasikan ada 14 siswa (42,4%) yang merasa PTMT maupun PJJ tidak memberikan efek terhadap peningkatan prestasi belajar mereka. Sementara itu, ada 5 siswa (15,2%) yang menganggap PTMT kurang menarik.   

Fokus yang perlu dicermati adalah ada 12 siswa (36,3 %) yang menganggap PTMT akan mengganggu pola hidup – belajar mereka yang sudah ‘nyaman’ saat PJJ. Walau terlalu dini untuk menjadi simpulan, rupa – rupanya PJJ berpeluang melahirkan sekolah online karena kelembaman siswa yang sudah nyaman untuk belajar dari rumah. Batas keelastisitasan mereka dalam belajar bisa jadi terlampaui sehingga terjadi deformasi kecil yang membentuk keseimbangan baru. Akankah balik ke bentuk semula ?. Ini merupakan tantangan bagi sekolah – sekolah yang mengalami permasalahan seperti di sekolah penulis untuk mencari pembeda, sehingga hadir ke sekolah merupakan kegiatan yang layak diperjuangkan, penting, dan memberikan keunggulan.

G.  Penutup

Di akhir tulisan ini, ijinkan penulis membuat kesimpulan di awal waktu ujicoba PTMT. Sebuah ajakan untuk menyelenggarakan PTMT sedikit melampaui batas dari yang sekedar menyajikan pembiasaan siswa untuk mengikuti protokol kesehatan menjadi kegiatan pembelajaran yang penting, unggul, berarti dan layak diperjuang siswa untuk hadir di sekolah menimba ilmu. Penjadwalan, durasi tatap muka, mengoptimalkan teknologi pendukung, pemilihan model pembelajaran, dan pemotivasian siswa perlu mendapat perhatian sekolah. Dengan demikian, kesan beda dalam penyelenggaraan PTMT sungguh dirasakan dan menjadi motivasi siswa untuk hadir raga dan pikirannya di sekolah.

Sebuah catatan kecil, SARS COV-2 penyebab pandemi akan tetap ada dan mungkin terus bermutasi menemani kehidupan manusia di tahun – tahun mendatang. Hidup bersama dengan COVID-19 adalah kondisi yang harus diterima. Sementara itu, keberlangsungan sekolah pun perlu dipertahankan hakekatnya, tempat berkumpulnya siswa dan guru, berinteraksi mengolah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sehingga menjadi bangunan utuh karakter. Semoga dengan 3B, yaitu berdoa, berpasrah, dan berbuat baik untuk sesama menjadi perisai yang akan melindungi kita dari dampak COVID-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun