Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Uniknya Tradisional

16 Maret 2021   09:47 Diperbarui: 16 Maret 2021   10:03 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gendang nduk, gendang anak, dan gong adalah sebagian alat musik pukul tradisional Babel (foto;agusyaman)

Kentongan yang kita kenal bergantung di pos ronda atau pemukul bambu dan pemukul besi yang pernah kita lihat di sekolah-sekolah pedesaan merupakan media komunikasi tradisional. Benda ini masih memegang peranan yang cukup penting di pedesaan khususnya di kabupaten Bangka. Mereka menggunakan pemukul besi yang berasal dari bekas gigi motor, bekas lempengan besi dan sebagainya. Bunyinya memiliki ciri khas sendiri dan sudah dihafal para murid, bunyinya memiliki arti tanda masuk kelas, istirahat dan pulang sekolah. Selain itu, irama atau banyaknya pukulan/bunyi memiliki tanda bagi para murid.

Walaupun di masa sekarang telah terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, banyak sudah sekolah-sekolah menggunakan bunyi elektronik sebagai tanda masuk kelas, istirahat dan pulang sekolah, namun pemukul besi ataupun bambu masih memiliki peranan penting. 

Selain itu, banyak kegunaannya, misalnya di bidang keamanan seperti sarana ronda malam, dan bidang informasi sebagai petunjuk waktu yang di pukul setiap jam malam dan sarana menginformasikan sebagai peristiwa yang telah atau sedang terjadi, seperti kebakaran, bencana alam dan sebagainya. Ada pula masyarakat memukul tiang listrik sebagai informasi kalau ada yang menjaga sekitar daerah tersebut. Media tradisional lainnya seperti: Gong, talempong, gendang, batok kelapa, dan lain sebagainya masih tetap dipertahankan masyarakat pedesaan.

Selain benda-benda klasik yang menandakan komunikasi melalui bunyi tersebut, banyak juga benda digunakan sejak dulu, memberikan makna tanpa mengeluarkan bunyi dan tidak bergerak, tapi ia dapat sebagai petunjuk, seperti contoh; Patok. Patok adalah tiang atau batu yang diletakkan di tanah sebagai pembatas. Ia termasuk alat komunikasi yang menandakan kalau tanah tersebut telah dimiliki orang dan menandakan batas tanah kepemilikan. Patok tersebut pada umumnya mengunakan kayu yang di beri kain, ada pula menggunakan pipa, besi atau beton.

Selain benda-benda tersebut, ada cerita-cerita rakyat yang pernah kita dengar dari para orang tua, cerita rakyat memiliki fungsinya tersendiri. Ia menjadi media tradisional, dijamannya ia sebagai penguat adat, alat pendidikan, menguatkan adap, toleransi, ahlak, dan sebagai pengendali norma-norma masyarakat. Selain itu, cerita rakyat juga dapat menciptakan angan-angan, sebagai penguat impian. 

Sebagai contoh; cerita labu emas. Disini kita disuruh untuk bersabar agar mendapatkan labu berbentuk emas, pelajarannya adalah hasil dari orang-orang yang sabar dalam bercocok tanam adalah kesejahteraan. Contoh lain; cerita Bujang Katak, pelajarannya adalah bagaimanapun rupa kita, kita harus bersabar dan kita akan menemukan pasangan kita, kecuali kita menjauhi pasangan yang mendekati kita, dan cerita rakyat lainnya.

Selain cerita rakyat, terdapat juga seni pertunjukan tradisional. Seni ini banyak kita jumpai di tiap daerah di Indonesia. Tiap desa, dusun, kecamatan, kabupaten dan provinsi, seni pertunjukan berbentuk drama/teater/sandratari/dramatari memiliki ciri khasnya masing-masing. Drama yang digabungkan dengan tari-tarian, kadang diselingi pelakon-pelakon yang jenaka. 

Cerita-ceritanya menggambarkan isi dari cerita rakyat, cerita yang umum terjadi dimasyarakat, menceritakan juga mitos-mitos, sindiran terhadap pemerintah yang positif maupun yang negatif, menyinggung permasalahan keluarga, menyinggung tetangga dalam keseharian dan secara komunikatif mereka menggali kesadaran masyarakat mengenai berbagai hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun