Masyarakat Bangka Belitung sejak dulu sudah mengalami percampuran, tari, musik, busana tradisionalnya sudah mengalami percampuran budaya. Demikian juga kehidupannya, masyarakat berlainan agama saling menghargai satu sama lainnya, dan sebagian besar masyarakat Bangka beragama islam, dan masyarakatnya sudah dikenal sebagai masyarakat melayu Bangka, ini biasanya dilihat dari ciri khasnya atau adat istiadatnya, menempati kawasan yang dikelilingi pantai dan memperlihatkan budaya yang identik dengan lemah lembut, karena penganut agama islam memperaktekkan adat istiadat melayu sumatera pada umumnya dalam kesehariannya.
Seperti yang sudah saya jelaskan, Â bahasa melayu di tiap kabupaten/desa-desa di Bangka berbeda-beda namun tiap desa dapat mengerti arti dari bahasa tersebut dan sudah saling memahami, walau ada beberapa kalimat yang sulit dipahami (ini biasanya masyarakat desa yang sangat jauh dari perkotaan). Bahasa yang paling dipahami oleh tiap pelosok masyarakat Bangka adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Kota Sungailiat. Kota ini sejak dulu merupakan induk kota pulau Bangka, walau pun pulau Bangka telah menggunakan bermacam-macam logat/irama bahasa, semuanya pasti memahami bahasa Sungailiat.
Masyarakat Bangka saling menghargai satu sama lainnya, dan mencintai seni budayanya, saling menyatakan pendapat dan dengan kesadarannya saling bergotong-royong jika didaerahnya mengadakan acara-acara adat ataupun acara pesta rumahan.
Secara sosiologi, pikiran dan kebudayaan yang ada di masyarakat Bangka selalu berhubungan dengan keislaman yaitu; saling tolong menolong, hati yang bersih dan jalan pikiran yang lurus. Pertikaian antar kampung pun tidak pernah terjadi, tawuran antar remaja tidak pernah terjadi, semua tenteram dan damai. Situasi kemasyarakatannya membentuk tali persaudaraan yang erat dan kuat, seperti acara tahunan di daerah Kenanga yang mengadakan acara hari raya maulid, mereka dengan tangan terbuka menerima tamu-tamu dari daerah mana pun walaupun tidak saling mengenal. Mereka mempersilahkan tamu-tamunya untuk menyantap hidangan yang telah disediakan kepada siapapun yang datang bertamu.
Hampir semua lapisan masyarakat pedesaan begitu antusia bila menyambut tamu-tamu pemerintahan, anak-anak sekolah biasanya berbondong-bondong membawa bendera kecil merah putih berjejeran rapi di tepi jalan. Sudah menjadi kebiasaan atau tradisi lokal dalam menyambut hangat tamu-tamu penting tersebut, dengan menyediakan makan bersama di masjid-masjid yang biasa disebut 'nganggung'.
Pengakuan terhadap para pendatang dari luar daerah disamaratakan, dianggap tidak ada perbedaan, masyarakat Bangka menyunjung tinggi harkat kemanusiaan. Terbuka secara kultural dan religi, tidak menutup diri pada perkembangan jaman. Percaya diri dengan menjalin komunikasi dengan masyarakat luar daerah.
Upaya dalam pembangunan dan pembinaan mental serta membuka diri antar budaya sangat penting di masyarakat Bangka. Hakekatnya mereka memiliki jiwa kemanusiaan yang kuat, menunjukkan tingkat persatuan dan kesatuan umat manusia. Dapat dijamin akan terwujud daerah yang makmur, aman dan tenteram. Masyarakat Bangka telah memperkuat akar identitas daerah Bangka Belitung.