Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terbentuknya Kreatifitas Koreografer

26 Agustus 2020   09:48 Diperbarui: 26 November 2020   09:58 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Yaman saat menari tari tradisional di perempatan lampu merah Pangkalpinang Prop Kep Bangka Belitung (screenshot video tari tradisional kedidi)

Sebuah sanggar tari di daerah, baik itu sanggar tari tradisional, tari kreasi ataupun tari kontemporer akan solid bila memiliki koreografer/pelatih tari yang mumpuni, memiliki sikap yang baik dan berlaku bijak dalam mengambil keputusan dan dalam bertindak. Lebih baik lagi ia bertoleransi terhadap semua anak didiknya.

Selama masa mengajar, karakter koreografer pun akan semakin terbentuk karena pengaruh harus mengayomi anak didik. Ia akan semakin berpengalaman dan semakin mengasah dirinya sendiri menjadi seorang profesional, serta menciptakan dirinya menjadi semakin baik. Dengan sikap baik itu, anak didiknya akan mengikutinya, akan terpengaruh oleh iklim yang ia ciptakan, akan mengikuti cara pelatihannya, akan terbawa arus untuk baik seperti dirinya. 

Selama latihan beberapa bulan kemudian perkembangan fisik maupun mental anak didiknya akan berkembang dengan positif. Akan muncul rasa saling memahami, saling curhat, dan saling mengasihi. Oleh sebab itu, hampir semua koreografer yang saya jumpai begitu dekat dengan anak-anak didiknya, mereka seperti satu keluarga besar.

Dari persaudaraan itulah, kebanyakan koreografer memiliki jiwa muda, karena ia banyak bergaul dengan anak didiknya yang sebagian besar adalah anak remaja, generasi masa kini, sehingga bahasa gaul pun dapat ia kuasai, dapat mengerti peradaban jaman dan memahami jiwa muda pada tiap tahunnya.

Seorang koreografer membutuhkan pengalaman untuk lebih maju, dan lebih berkreasi lagi. Pengalaman yang ia dapat bisa dari tempat-tempat yang pernah ia tinggali sebelumnya atau tempat yang pernah ia mengajar, mulai dari tempat yang keseniannya belum maju atau yang sudah maju, ini akan mempengaruhinya untuk terus berkreasi.

Kreatifitas seorang koreografer terbentuk dari apa yang ia lihat, dengan dan ia rasakan. Sesuatu yang menarik hatinya dapat ia kreasikan dalam gerak, kemudian dibentuknya ke dalam karakter dirinya, oleh karena itu, tari kreasi yang diciptakan oleh koreografer karakternya berbeda-beda, ada yang ceria, mistis, tenang, santai, heboh dan sebagainya.

Kreatifitas koreografer juga dapat meningkat dari cerita-cerita temannya, ketika berkumpul dengan seniman-seniman kreatif yang berkarya di masa lalu atau yang akan berkarya di masa mendatang. Mereka akan menjadi dirinya terbawa arus untuk lebih kreatif, demikian juga dengan tontonan dari karya-karya seniman yang ada di media sosial.

Semua ini dikarenakan hati dan pikirannya tergerak ingin menyalurkan keahiannya seperti yang ia lihat, dan yang ia dengar mereka. Ide-ide baru akan muncul dalam pikirannya, ikut-ikutan seniman lain atau mengalami pergolakan ingin lebih berkembang. Hasil kreasi dari melihat bukan plagiat tapi referensi untuk mengasah kreatifitasnya.

Anak didik pun saat membuat gerakan jangan dianggap sepele, karena kreatifitas koreografer akan terasah juga dari gerakan anak didiknya, karena anak didik pikirannya lebih tajam dan mereka mengikuti perkembangan jaman, jadi ada baiknya koreografer bersikap lebih bijak dan bertoleransi terhadap anak didiknya, agar tidak membedakan antara mereka, siapa yang hebat dan yang kurang, namun tidak dipungkiri tetap ada rasa lebih menyukai anak didik tertentu, itu dikarenakan kecerdasannya, keahliannya dan kelebihan lainnya.

Koreografer juga biasanya orang yang ahli juga di bidang budaya, minimal menyukai/mencintai kebudayaan daerahnya, sering berkecimpung dengan budayawan, yang kemudian secara tidak langsung ia belajar tentang kebudayaan daerahnya, dan secara tidak langsung ia berada dalam pelestarian budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun