Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bebantan (Taber Sungai)

22 Januari 2020   10:10 Diperbarui: 4 Februari 2020   11:10 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tari kreasi Bebantan

3. Dahulu yang pernah terjadi waktu Dukun membaca mantra si buaya nakal langsung datang ke tempat Dukun yang mengadakan upacara, tetapi pada waktu terjadi buaya menangkap Jalnur. 

Buaya tersebut memakan pancing, dukun membawa buaya tersebut ke hulu (lokasi upacara) sambil di arak dengan gendang dari buluh (bambu) sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa buaya yang nakal sudah ditangkap dengan menggunakan puluhan perahu saat pak Dukun menarik tali pancing yang masih melekat di mulut buaya. Jarak yang ditempuh saat buaya di arak yang kurang lebih 2 km, acara ini disebut mengarak buaya.

4. Setelah sampai di arak, buaya nakal tersebut di tampar oleh pak Dukun dan keluarlah darah yang kemudian buaya tersebut mati, lalu buaya tersebut di kuburkan.

5. Dukun mengumumkan bahwa selama 7 hari masyarakat jangan pergi ke sungai dikhawatirkan masih ada buaya nakal yang lain.

6. Setelah 7 hari keadaan sungai menjadi aman maka hari ke 10 Dukun mengajak masyarakat untuk bebantan/taber sungai, dengan membawa makanan masing-masing.

7. Dukun meletakkan barang-barang di atas ancak dengan istilah serba 18 (delapanbelas) setiap ancak 18 belas.

Setelah selesai dukun membacakan mantra maka pak Dukun menyuruh masyarakat mandi di sungai untuk bersembur-semburan, ada yang memakai perahu, ada yang berenang diiringi oleh perahu pak Dukun, perahu pemusik (gendang dari bambu dan ketawak). Masyarakat mulai bersembur-semburan kalau orang yang diatas perahu berusaha dikerambak perahunya kecuali perahu pak Dukun dan pemusik. 

Sehingga acara tersebut cukup meriah. Mereka bergembira sebagai tanda syukur karena mereka sudah aman dari gangguan-gangguan dan dapat bekerja seperti mana biasanya. Dapat dikemukakan juga terutama di desa Pergam dan Jeriji berdasarkan dari keterangan orang-orang tua penghidupan masyarakat kurang lebih 30 tahun yang lalu bertempat tinggal di daerah sungai dengan alasan sebagai berikut;

"Membuat ladang ditepi sungai dan kebutuhan sehari-hari dengan menangkap ikan seperti memancing, bebanjur (rawai/najur), pukat, dll. Jadi boleh dikatakan sungai adalah sebagai sumber mata pencaharian yang sangat penting. Selain itu sungai juga dapat membuat subur tanah disekitarnya karena meningkatkan kualitas dan harga lada dan karet, maka mereka sudah mengalihkan mata pencaharian dari menangkap ikan ke perkebunan". 

Dan sampai pada tahun-tahun selanjutnya sungai adalah sebagai tempat hiburan rakyat, dan pada saat sekarang ini, sungai-sungai yang ada di Bangka Belitung sudah dimanfaatkan menjadi tambang timah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun