Pada kiri dan kanan balai dihiasi dengan tempat-tempat duduk yang terbuat dari sejenis kayu mentangor putih dan tidak diperbolehkan dengan kayu yang lain. Tentu sangat menarik sekali kelihatannya.Â
Di depan balai didirikan tiang-tiang bendera. Bendera yang dipakai adalah kain guntung sebagai lambangnya, cukup menarik juga disaksikan, kain-kain yang berwarna warni ini berkibar-kibar di tiup angin.
Dukun cukup sibuk juga dengan pekerjaannya yaitu bersama-sama dengan orang kampung membuat tepung taber. Setelah selesai tepung itu diletakkan pada suatu tempat yang khusus. Tepung taber ini oleh dukun diperintahkan untuk diasuh seperti mengasuh bayi yang baru lahir.Â
Semalaman suntuk orang kampung bersama-sama sang dukun begadang dengan nyanyian-nyanyian yang sedang hits pada waktu itu diantaranya nyanyian timang malang, lagu jauh malam dengan tariannya bernama tari Serimbang.Â
Mereka bergembira, menari dan bernyanyi sampai pagi hari, setelah selesai tepung tersebut di simpan dengan rapi dan tidak dibenarkan untuk dipegang.
Kegiatan sang dukun yang kedua adalah dua hari sebelum acara dimulai memalang buaya pada suatu tempat yang bernama PRABU BILIK yang terletak dekat LAUT PASIR KUNING sekarang ini. Disitulah sang dukun beraksi memulai dengan materanya.
"HAI SEKALIAN BUAYA YANG DATANG DARI TEMPAT YANG JAUH DATANG KETEMPAT KAMI, MANA YANG DENGKI MAKANLAH UMPAN PALANG KAMI INI"
Bersambung ...