Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prof Thohir Luth, Anak Nelayan Flores yang Jadi Teladan Muhammadiyah Jatim

27 September 2025   18:33 Diperbarui: 27 September 2025   18:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Thohir Lut. Foto: Prasetya.ub.ac.id

Laut menjadi saksi perjuangan seorang ayah nelayan miskin di pesisir Flores Timur. Dengan keyakinan sederhana, "Allah Maha Kaya", dia mengantarkan anaknya berlayar ke Jawa. Dari doa itu, lahirlah perjalanan panjang Prof. Dr. Thohir Luth, seorang anak nelayan yang akhirnya menjadi guru besar dan tokoh Muhammadiyah di Jawa Timur.

Hidup keluarganya serba terbatas. Ayahnya seorang yang teguh dalam spiritualitas. Sementara ibunya berpikir rasional dan realistis.

Setiap kali melaut dengan peralatan tradisional, sang ayah berpesan, "Nak, jangan seperti bapak. Sekolah lah kamu, kalau bisa sampai ke Jawa. Hanya dengan ilmu engkau bisa mengubah hidupmu."

Pesan itu menyalakan tekad. Namun, ibunya merespons dengan nada keberatan: makan sehari-hari saja sulit, apalagi menyekolahkan anak ke Jawa.

Tetapi sang ayah yakin, "Kita memang miskin, tetapi Allah Maha Kaya. Doakan saja anak kita menjadi saleh dan sukses."

Doa dan keyakinan itu yang kemudian mengantarkan Thohir menyeberang ke Jawa.

Dengan bekal ijazah dan izin melanjutkan studi, Thohir berangkat. Surabaya menjadi pintu masuk, lalu Malang menjadi persinggahan penting. Di kota itu, dia tidak mampu membayar kos, sehingga tidur di musala kecil. Namun, justru di sanalah dia menemukan Muhammadiyah.

Seorang tokoh ranting Muhammadiyah memberi tempat tinggal di asrama pelajar Dinoyo. Dari situ, pintu-pintu kebaikan terbuka.

Thohir berkenalan dengan sosok yang sangat memengaruhi jalan hidupnya: KH. Bejo Darmoleksono, tokoh Muhammadiyah Jawa Timur yang kala itu aktif di Majelis Tarjih.

KH. Bejo sering berkelakar, "Kalau ingin masuk surga, masuklah Muhammadiyah."

Ucapan itu mengagetkan Thohir muda. Namun kemudian dia mengerti maksudnya: di Muhammadiyah, seseorang diajarkan ibadah tanpa bid'ah, iman tanpa syirik, dan menjadikan Al-Qur'an serta Sunnah sebagai pedoman hidup. Prinsip itulah yang melekat kuat dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun