Selanjutnya mereka ditempatkan di divisi sesuai ketrampilan yang dimiliki. Aris bertindak fair. Tidak membeda-bedakan. Jika ada penyandang disabilitas yang berprestasi, dia memberikan reward.
***
Sebelum nenjadi pengusaha konveksi, M. Arif Sayfuddin alias Aris memimpikan bisa menjadi seorang dokter. Di matanya, profesi dokter sungguh mulia. Bisa menolong banyak orang. Tapi cita-cita pupus setelah dia gagal diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), tahun 2007. Aris masih bersyukur karena pilihan kedua, kuliah D3 Informatika Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tercapai.
Saat kuliah, Aris aktif ikut kegiatan sosial. Baik di kampus maupun di masyarakat. Aris sempat mengajar komputer di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya pimpinan KH Asep Saifuddin Chalim. Selama 1,5 tahun, Aris mendedikasikan diri membantu anak-anak pondok pesantren tersebut agar melek teknologi. Â
Semasa kuliah, Aris juga berupaya keras meringankan beban orang tua. Dia sempat urunan dengan beberapa teman bikin event organizer wedding and party. Job-nya gak pasti. Bergantung musim nikahan. Setahun paling banter bisa 3-4 event.
Aris juga sempat jualan minuman di bazar dan pameran. Membuka lembaga bimbingan belajar (LBB) bersama beberapa temannya. Jualan jamu di kawasan Sedati, dekat Bandara Internasional Juanda.
Harapan besar diapungkan Aris dengan berbagai aktivitas bisnisnya. Setidaknya, selepas kuliah, dia tidak lagi sibuk cari kerja. Namun kenyataan tak sejalan dengan harapan. Semua bisnisnya hancur alias bangkut. Penyebabnya karena tidak laku, duit masuk lebih kecil dibanding pengeluaran. Yang menyakitkan, dia juga ditipu orang. Uangnya dibawa kabur.
Tahun 2012, setelah lulus kuliah, Aris tidak punya pemasukan sama sekali. Dia tak mungkin merengek minta bantuan orang tuanya. Di tengah kegalauan itu, Aris memutuskan melamar kerja di Telkom. Alhamdulillah, dia diterima. Posisi awal dia ditempatkan di bagian jaringan. Posisi itu hanya dilakoni dua bulan. Aris kemudian dimutasi ke Koperasi Pegawai Telkom (Kopegtel). Di Kopegtel, dia hanya bertahan tiga bulan. Aris lalu memutuskan resign. Selain masalah gaji yang kecil, dia juga ingin mandiri. Punya usaha sendiri.
***
Aris memulai bisnis konveksi ini dalam skala rumahan. Modal utama adalah ketrampilan dan kualitas produk. Selain itu, dia juga berusaha tepat waktu memenuhi pesanan. Baginya, menjaga kepercayaan pelanggan itu susah. Harus punya mental kuat dan gak gampang mutung (putus asa).  Â