Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Berjumpa Lagi dengan Keramaian dan Kemacetan

27 Oktober 2019   20:43 Diperbarui: 27 Oktober 2019   21:24 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keramaian dan Kemacetan
Meski tergolong daerah pinggiran Jakarta, keramaian sekaligus kemacetan merupakan hal yang biasa. Ya, semua itu memang masih sesuai dengan rencana awal, dimana terdapat daerah penyangga, peredam arus urbanisasi, dan seterusnya.

Sejak tiba hingga beberapa hari kemudian, saya berjumpa lagi dengan keramaian. Aneka kendaraan dengan spesifikasi dan seterusnya melaju dengan kencang seakan sedang memburu kehidupan yang lebih baik-menjanjikan meski sekejap akan lenyap seiring lajunya waktu.

Lalu, yang kembali saya jumpai adalah kemacetan. Di beberapa ruas jalan, terlebih persimpangan yang terdapat kawasan perumahan elite. Kendaraan berbadan lebar dan panjang berbaur dengan kendaraan mungil.

Ada pula perbaikan beberapa jembatan, dan pelebaran jalan. Infrastruktur berupa jalur sirkulasi sangat membutuhkan ruang yang memadai untuk melancarkan semua geliat kepentingan, khususnya kepentingan masyarakat umum.

Tidak ketinggalan adalah orang-orang sipil yang mengatur lalu-lintas kendaraan, baik di area belokan maupun di persimpangan. Tidak ada lampu untuk rambu lalu-lintas (bangjo alias traffic light). Tidak ada polisi lalu-lintas atau petugas jalan raya.

Soal "salam tempel", ah, bukan pemandangan langka. Tidak perlu repot alias kepo. Yang terpenting adalah kelancaran bagi semua geliat kepentingan, khususnya kepentingan masyarakat umum.

Sementara saya sendiri turut melintasi jalan-jalan sarat kendaraan dengan segala upaya menyiasati roda kendaraan. Dari sisi kiri berpindah ke sisi kanan. Dari melaju hingga berhenti sejenak.

Ya, mengantisipasi pertentangan antara situasi dan waktu memang merupakan tantangan tersendiri bagi saya, apalagi sekarang saya telah kembali dan membaur. Sungguh mendebarkan bagi saya!

Apresiasi Pribadi
Kehidupan di jalan dengan situasi yang demikian telah menjadi rutinitas. Membaur dengan situasi yang sedemikian rupa pun bukanlah hal yang asing ataupun baru bagi saya.

Saya sangat memakluminya, dan mengapresiasi sikap semua pengguna jalan yang tidak menggerutu dan mengumpat. Di sana-sini setiap orang, khususnya pengendara, mampu menyikapi situasi dengan tetap berfokus pada tujuan yang tersimpan dalam benak masing-masing.

Di samping itu saya pun berpikir bahwa memang wajar jika ibu kota negara dipindahkan ke daerah yang jauh dari keramaian dan kemacetan. Situasi yang padat-merayap antara kepentingan ekonomi dan urusan pengelolaan negara memang membutuhkan konsentrasi yang berbeda.

*******
Ruang Lebur, Cibubur, 26 Oktober 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun