Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membela Salib*

18 Agustus 2019   02:54 Diperbarui: 18 Agustus 2019   05:40 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ya, ketika Yesus menghadap pengadilan, murid-murid-Nya melarikan diri entah ke mana demi keselamatan mereka masing-masing.  Bisa dibayangkan, 'kan, murid-murid-Nya saja (yang pernah benar-benar bersama Yesus Kristus secara nyata) bereaksi begitu?

Di luar kisah-kisah dalam Alkitab, sebagian film luar negeri, pentas hiburan kelas dunia, serta keseronokan penampilan sebagian artis Barat justru secara terang-terangan "melecehkan" salib Yesus, semisal benda berbentuk salib dipakai untuk mengusir setan. Saya sangat malu ketika menonton adegan semacam itu.  

Saya tidak perlu heroik membela Yesus atau salib-Nya. Yesus sudah menang, dan terbukti naik ke langit melalui kesaksian beberapa murid-Nya. Salib-Nya telah menaklukkan kuasa setan. Darah-Nya telah merontokkan seluruh kekuatan iblis-setan sekaligus menebus dosa manusia.

Sementara benda-benda berbentuk salib yang sering dipakai sebagai senjata untuk mengusir antek setah bernama hantu atau kerasukan roh jahat dalam beberapa film luar negeri, menurut saya, justru merupakan bukti pengalihan kekuatan iman ke benda yang sangat mengenaskan.

Lagi, menurut saya, tidak sedikit orang Kristen yang menyerahkan iman secara bulat-bulat kepada tipu muslihat benda-benda yang membentuk simbol (tidak memiliki kekuatan ilahi sebagaimana iman yang sejati). Lalu sebagiannya lagi saling menyesatkan iman kepada benda-benda. Oh!  

Lantas, apa kuasa saya untuk membela salib-Nya dari ceramah UAS yang viral itu?

Saya tidak memiliki kuasa apa pun untuk membela salib-Nya yang terbukti perkasa sejak lebih dua ribu tahun silam. Sebaliknya, justru melalui salib-Nya saya meyakini arah yang sedang saya tuju untuk kehidupan sejati setelah kefanaan sampai pada batasnya nanti.

Dulu, sewaktu saya masih kecil, tidak jarang saya menyaksikan segelintir orang non-Kristiani sering membuat "tanda salib"-nya umat Katolik sambil menyebutkan nama kelamin. Hal yang bisa dituding sebagai "penistaan" (menurut pergaulan kekinian, terlebih dengan adanya kasus Ahok) itu dilakukan di depan saya, lho.

Bisa dibayangkan, sejak kecil iman saya sudah diuji oleh lingkungan terdekat di sekitar saya. Sampai saya dewasa begini, saya tidak sudi menyesatkan jiwa saya ke jalan kekecewaan yang bakal merugikan saya sendiri.  

Saya pun tidak perlu repot atau ikut-ikutan gusar seakan "membela salib-Nya" melalui tulisan ini atau apalah sebagai tanggapan (kekecewaan) pada UAS. Sebaliknya, saya tidak kecewa pada UAS, dan ceramah tersebut merupakan "kilas balik" serta "teguran" terhadap keyakinan (iman) saya sendiri.

Dan, kalau saya ikut-ikutan gusar atas nama solidaritas sesama umat Kristiani, saya justru bertanya-tanya pada diri saya. Jangan-jangan saya bukanlah beriman kepada Yesus Kristus, melainkan kepada Simon Petrus yang reaktif di Taman Getsmani.  

*******
Kupang, 18 Agustus 2019

*) Maafkan saya, Tuhan, jika saya keliru mengungkapkan keyakinan (iman) saya melalui tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun