Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Cobalah Belajar pada Pak Wi, Pak Wo!

21 Mei 2019   23:20 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:49 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebaiknya Prabowo belajar lagi, khususnya pada Jokowi setelah pada 21 Mei dini hari KPU menetapkan Jokowi (bersama Ma'ruf Amin) menang Pilpres 2019 dengan angka meyakinkan; 55,5% : 44,5%. Ya, kalau memang Pak Wo masih berambisi menjadi presiden.

Jokowi pertama kali muncul dan menang dalam kontestasi regional (di Kota surakarta) pada 2005 alias tidak makjegagik menang dalam kontestasi nasional. Pada 2010 juga Jokowi masih tampil di tingkat regional, dan menang lagi, bahkan meraih suara mayoritas (90,09%!). Pada 2012 Jokowi tampil dalam kontestasi di Ibu Kota Negara, dan menang (pada putaran kedua) dengan 53,82% suara. Selanjutnya, barulah Jokowi tampil di tingkat nasional, bahkan menang lagi (2014 dan 2019).

Maksudnya, begini. Sebaiknya Prabowo mengikuti kontestasi tingkat regional terlebih dulu, apalagi di daerah yang dimenangkannya dengan suara mayoritas. Entah di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, atau terdekat di Jawa Barat. Minimal, ya, kepala desa/lurah atau bupati/wali kota.

Dengan mengikuti kontestasi tingkat regional, apalagi jika menang, paling tidak Prabowo bisa belajar mengelola masyarakat majemuk dengan aneka karakteristik dan kiat-kiat pengelolaannya. Di samping itu, tentunya, perihal anggaran, sumber daya alam, tata lingkungan, dan seterusnya.

Hal yang kemudian bisa menjadi modal penting adalah prestasi atau pencapaian luar biasa tingkat regional itu. Ya, syukur-syukur bisa mencengangkan masyarakat luas. Itu pun tidak perlu terburu-buru maju ke tingkat nasional. Ikuti lagi pada kontestasi berikutnya alias dua periode, jika berhasil. Jokowi pun membutuhkan waktu sembilan tahun (2005 s.d. 2014) untuk tampil di tingkat nasional.

Artinya, ada proses atau jenjang karier yang perlu dijajaki terlebih dulu. Prabowo juga perlu belajar bertekun dan berkarya secara signifikan sebagaimana Jokowi pernah lakukan. Itu pun kalau memang masih berambisi mengikuti kontestasi selanjutnya lho, kecuali jika realitas kekalahan selalu mendera sejak 2004 dalam kontestasi internal partai lama, 2009 sebagai cawapres, 2014 dan 2019 ini.

Belajar pada sang pemenang memang wajar dan jamak. Kebetulan sang pemenang itu adalah Jokowi. Prabowo tidak usah sungkan jika masih berambisi.

*******
Kupang, 21 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun