Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

14 Februari: Hari Kebisingan Nasional

14 Februari 2019   03:31 Diperbarui: 14 Februari 2019   04:24 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekarang 14 Februari, Gaes! Sebagian orang menyebutnya sebagai "Hari Kasih Sayang" (Valentine's Day, cieeee...), dan merayakannya. Sebagian lainnya tidak sudi, bahkan melarangnya, karena bla-bla-bla-ba.

Gaes, saya berasal dari orang kampung. Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Kab. Bangka Induk, Prov. Babel. Di kampung kami, dulu, tidak seorang pun pernah menyebut, apalagi melarang Hari Kasih Sayang. Dulu kami tidak pernah mengetahuinya, Gaes.

Pada zaman itu di rumah orang tua tidak pernah menyebut "Hari Kasih Sayang". Di sekolah, dari SD-SMP Maria Goretti, sama sekali tidak ada kawan sekolah yang membicarakannya. Dan, di tempat ibadah saya sekeluarga (Gereja Katolik Sungailiat) tidak seorang pastor pun pernah menyinggung harinya Valentinus itu, Gaes.

Saya baru mengetahui perihal Hari Kasih Sayang ini ketika saya pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan SMA, Gaes. Kota Yogyakarta. Keren, 'kan, Gaes?

Iya, Kotamadya Yogyakarta, Gaes. Tepatnya di Jalan Langensari (dulunya Pengok), Kompleks POLRI Balapan. Saya berindekos di daerah yang jalannya hanya satu jalur itu, Gaes. Nah, keren, 'kan?

Keren apanya, Gaes, lha wong saya tetap kampungan. Walaupun pernah tiga tahun di Ibu Kota Negara yang dijuluki "Megapolitan", bahkan sampai menetap di Kota Balikpapan, saya konsisten dengan kekampungan saya.

Dulu saya pernah pacaran, Gaes. Akan tetapi, saya dan mantan tidak pernah mengadakan acara khusus, termasuk soal coklat, dalam rangka Hari Kasih Sayang. Sekarang pun saya tidak merayakannya dengan istri saya, padahal istri saya asli produk Kota Balikpapan.

Di samping itu, saya pun orang Nasrani. Kata orang, Hari Kasih Sayang itu bla-bla-bla-bla. Saya tidak peduli pada "apa kata siapa" perihal hari itu, deh. Saya benar-benar kampungan, Gaes!

Cuma saya heran, Gaes, pada ribut soal Hari Kasih Sayang. Ada yang merayakan, dan ada yang melarang. Pro-kontra terjadi lebih satu dekade ini. Bising sekali. Membosankan bagi saya, Gaes!

Hari Kasih Sayang, bagi saya, tidak ada istimewanya. Biasa-biasa saja. Ya, seperti Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, dan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.

Eh, lucu juga, sih, ada Hari Cinta Puspa dan Satwa pada 5 November alias cinta kepada tumbuhan dan binatang, tetapi tidak ada Hari Cinta Manusia. Kalau 14 Februari menjadi Hari Cinta Sesama Manusia, mungkin aduhai.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun