Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sebuah Realitas Ironis dari 2 Duta Agen Perubahan Daerah

30 September 2018   21:06 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:44 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media massa-cetak, harian, atau koran edisi Minggu sering kali menjadi bagian dalam kemingguan saya. Minggu yang merupakan "hari raya budaya" sehingga menjadi "hari istimewa", termasuk di Ibu Kota Nusa Tenggara Timur (NTT), cukup aduhai, terlebih apabila dilengkapi dengan secangkir kopi bajawa, dan roti manggarai.

Saya memang masih berpikiran zaman usang dengan bacaan berupa media cetak, harian, atau koran. Media serat optik dengan pancaran radiasinya, tentu saja, kadang membosankan karena setiap hari saya menghadapinya. Kembali berpikir usang berlatar keaktifan di pers mahasiswa, mau-tidak mau, berlanjut dalam situasi kekinian.

Berpikir usang berarti mengingat hal-hal yang sudah berlalu. Salah satunya mengenai fungsi media massa (pers) sebagai agen perubahan (agent of change), selain sebagai penyiar atau penginformasi kabar (news), dan pengontrol sosial (social control). Terserah saja jika media massa pun termasuk dalam pilar ke-4 demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Julukan "agen perubahan" terkesan aduhai sekali, 'kan? Saya pernah berbunga-bunga ketika masih aktif menjadi wartawan berjaket mahasiswa, apalagi ketika dalam buku "Panduan untuk Pers Indonesia" (1995) Ana Nadya Abrar menyebutkan pers mahasiswa sebagai pers alternatif.

Tetapi Minggu, 30 September 2018, secara mendadak keistimewaan mingguan saya cukup "terganggu" oleh sedikit tulisan dari satu-dua berita media massa-cetak di Kupang. Seketika saya berubah pikiran mengenai julukan "agen perubahan" itu.

Pertama, sebuah media massa lokal--sebut saja A--menampilkan berita "Sang ayah Duduk di Kursi Pelatih, si Adik Duduk Lesehan" di halaman depan yang dilengkapi dengan sebuah foto. Setelah judul, muncul tulisan "DUTA Sheila on 7 dua kali turun dari tribun untuk menyemangati anak sulungnya. Si bungsu kini bernaung di PB Djarum".

Istimewa
Istimewa
Ada tiga hal yang "mengganggu" pikiran usang saya. Pertama, mengenai atak atau tata letak (lay out). Tulisan "DUTA Sheila on 7 dua kali turun..." itu tidaklah jelas, apakah teras berita (lead) ataukah keterangan foto.

Hal kedua, antara foto dan keterangan foto. Di situ terlihat Duta dan seorang anaknya. Sementara yang tertulis, "DUTA Sheila on 7 dua kali turun dari tribun untuk menyemangati anak sulungnya. Si bungsu kini bernaung di PB Djarum". Entah di mana anaknya yang lain.

Istimewa
Istimewa
Hal ketiga, logika bahasa. Saya ulangi. "DUTA Sheila on 7 dua kali turun dari tribun untuk menyemangati anak sulungnya. Si bungsu kini bernaung di PB Djarum". Entah bagaimana logika saya ketika membaca "... menyemangati anak sulungnya. Si Bungsu kini..." dengan pemahaman mengenai anak sulung dan anak bungsu.

Kedua, media lokal lainnya--sebut saja B--menyiar berita "Tommy ke Final Korea Terbuka" (hlm.6). Ini juga terkait dengan tulisan sebagai keterangan foto.

Istimewa
Istimewa
Pada keterangan foto tertulis, "TAMPIL APIK : Tunggal putra Indonesia Tommy Sugiarto tampil apik saat melawan Jonatan Christie di babak semifinal Korea Selatan Terbuka 2018, Sabtu (29/9)". Seketika saya berpikir, Tommy adalah pemain tunggal putra Indonesia tetapi Jonatan Christie pemain tunggal negara mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun