Mohon tunggu...
Agustinus Sukaryadi
Agustinus Sukaryadi Mohon Tunggu... Dosen - Agustinus Sukaryadi

Tempat, tanggal, lahir: Yogyakarta, 25 Agustus 1956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persatuan dari Waktu ke Waktu

27 Oktober 2020   13:37 Diperbarui: 27 Oktober 2020   13:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda tahun 2020, atau ke 92. Perlunya persatuan dan kesatuan nasional sudah disadari oleh kaum muda pada tahun 1908 dengan berdirinya gerakan Budi Utama.  aum muda tergerak untuk menyatukan diri, dan mulai tumbuh pergerakan-pergerakan pemuda.

Kesadaran bersatu itu mengkristal setelah kurun waktu 20 tahun, yaitu adanya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Ikrar  persatuan dan kesatuan nasional dengan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Semboyan persatuan dan kesatuanpun menjiwai setiap perhelatan bangsa. 

Ambil contoh misalnya: "Dengan Semangat Persatuan dan Kesatuan Kita Sukseskan Pemilihan Umum." Adalagi misalnya "Dengan Semangat Persatuan dan Kesatuan Nasional Kita Sukseskan Pekan Olah Raga Nasional", dan masih banyak lagi contoh.

Usaha mencapai dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa juga dapat dilihat dari  dasar negara kita Pancasila, sila ke-3 "Persatuan Indonesia". Sungguh cerdas para pendiri bangsa Indonesia ini. Perjuangan pengkristalan persatuan Indonesia berjalan dari kurun 1908 - 1028 - 1945, dengan terumusnya sila ke-3 Pancasila. Kurun waktu yang cukup lama. 

Tentu saja dalam perjalanan panjang banyak tantangan yang mesti dilalui. Kurun waktu 1908 - 1928, munculnya gerakan-gerakan kaum muda yang bersifat kesukuan dan agama, membuat eksklusifnya kelompok-kelompok tersebut. Kemudian menyatu kembali dalam Sumpah Pemuda. 

Pada kurun waktu 1928 - 1945, dengan bertumbuhnya gerakan-gerakan kemerdekaan, partai-partai politik dengan dasar ideologi yang beragam. Ada partai berhaluan Komunis, Sosialis, Nasionalis, dan Agama. Mereka berkembang bersama dan mempunyai tujuan mengepalai pemerintahan.

Bersyukur, bahwa pendiri bangsa ini sudah mengkristalkan dan menetapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara. Dalam Pancasila, jelas tersurat sila Persatuan Indonesia. Apakah setelah itu masa berikutnya tidak ada tantangan? Oh...ternyata semakin ke depan tantangan persatuan dan kesatuan nasional semakin besar. 

Pada kurun waktu 1945 - 1965 (selama dua puluh tahun), berkembang tiga partai politik yang berhaluan Komunis, Agama dan Nasionalis. Berkembangnya tiga partai besar ini membahayakan persatuan dan kesatuan nasional. Bahkan yang terjadi adalah perpecahan bangsa.

Kurun waktu selanjutnya, negara membuat usaha-usaha untuk selalui merukunkan dan mempersatukan bangsa. Melalui Kementerian Agama bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri dan lainnya, dibuat  program tri kerukunan: kerukunan interen umat beragama; kerukunan antar umat beragama; kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. 

1. Kerukunan interen umat beragama.  Meski dalam satu jemaat, tidak bisa dipungkiri adanya ketidak rukunan. Hal ini disebabkan karena adanya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai politik  dalam interen umat beragama. Masing-masing mempunyai visi-misi partai. Ini bisa dilihat dalam pemilihan-pemilihan (pileg-pilpres-pilkada-pilkades).

Cara berkampanye yang saling mencari kejelekan peserta lain, membuat retaknya kerukunan antar pendukung peserta pemilihan. Hal ini sering diperparah oleh peserta yang kalah, kemudian memprovokasi pendukungnya untuk menolak hasil pemilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun