Mohon tunggu...
Agustinus Tamen
Agustinus Tamen Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah bisa tamat, tapi belajar tak pernah tamat.

Freelancer, Jurnalis & Editor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta Rakyat Gawai Dayak, Kebudayaan Lokal yang Universal

19 Februari 2020   16:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   11:49 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian Ladang Dayak, basis perayaan pesta rakyat Kalimantan.

Pesta Rakyat Kini

Hampir semua suku di Kalbar memiliki pesta rakyat dengan sebutan, bentuk dan maknanya masing-masing. Pada masyarakat Melayu Mempawah, misalnya, dikenal pesta robo-robo, yakni pesta adat untuk mengenang kedatangan Opu Daeng Menambon untuk pertama kalinya di Mempawah sekitar tahun 1737 silam. 

Sementara, pada masyarakat Melayu Sambas ada tradisi besurong saprah, yakni pesta makan saprahan bersama. Pada masyarakat Tionghoa di Kalbar, dikenal pesta kembang api yang difokuskan pada perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh. Pesta seperti ini juga dimeriahkan dengan arak-arakan Tatung dan Naga serta Barongsai.

Masyarakat Dayak pada umumnya mengenal pesta rakyat dengan sebutan gawai, atau gawe (bagawe) dalam dialek Dayak Kanayatn. Sejak bulan April sampai Juni setiap tahun adalah masa yang sangat menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Dayak di Kalimantan, terutama di Kalbar. Pada masa-masa itu dilaksanakan berbagai pesta gawai yang berkaitan dengan tradisi pertanian masyarakat Dayak. Gawai bertambah meriah karena biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pesta lainnya, umumnya pesta pernikahan adat.

Selain itu, ada juga kelompok atau komunitas masyarakat Dayak yang menggelar gawai di luar bulan April hingga Juni itu. Para mahasiswa dan perantau Dayak yang tergabung dalam berbagai organisasi kedaerahan yang tersebar di beberapa kota di luar Kalbar, seperti Jakarta dan Yogyakarta, kerapkali melaksanakan event budaya dan promosi daerah yang ditajuk dengan "Gawai Dayak" ini setelah bulan April-Juni. Sementara itu, kalangan pemerintah kabupaten/kota maupun kecamatan di Kalbar pun tak ketinggalan melaksanakan Gawai Dayak untuk tujuan pelestarian budaya dan pariwisata.

Naik Dango Dayak Kanayatn

Pada masyarakat Dayak Kanayatn ada gawai yang dilaksanakan lebih awal lagi, yakni mulai bulan Januari, mengikuti awal panen padi di ladang. Begitu panen hari pertama, sebagian hasil panenan langsung diolah menjadi "nasi baru" dan leko. Gawai ini disebut ngaleko atau biasa juga disebut makatn nasi baru. Ngaleko adalah membuat leko, yakni sejenis penganan atau makanan dari bahan beras sunguh (beras putih biasa) dan beras poe' (beras ketan atau pulut) hasil panenan pertama. 

Beras sunguh dan poe dibungkus dengan daun layakng, lalu dimasak hingga matang. Leko ini kemudian dimakan bersama pada subuh atau pagi hari dengan mengundang para tetangga terdekat, biasanya dalam lingkungan satu RT hingga dusun. Leko ini dimakan layaknya makan nasi disertai dengan lauk dan sayur. Pesta yang relatif tidak terlalu besar inilah yang kemudian dikenal dengan ngaleko atau makatn nasi baru.

Puncak pesta panen padi pada masyarakat Dayak Kanayatn adalah gawai Naik Dango, yakni pesta panen yang digelar setelah sebagian besar padi selesai dituai. Pemerintah Kab. Landak bersama Dewan Adat Dayak (DAD) setempat menetapkan tanggal 27 April setiap tahunnya sebagai puncak pelaksanaan gawai Naik Dango. 

Kegiatan ini digelar se-kabupaten yang dipusatkan di salah satu kecamatan secara bergiliran setiap tahunnya. Kini, semenjak Pemerintah Kab. Landak memiliki bangunan rumah betang atau rumah panjang Radakng Aya' di pusat ibukota kabupaten, yakni Ngabang, maka pelaksanaan gawai Naik Dango pun dipusatkan di area tersebut.

Meskipun demikian, banyak warga masyarakat yang tetap merayakan gawai Naik Dango sesungguhnya di kampung-kampung mereka sendiri, bukan di pusat kabupaten. Momen yang paling menyenangkan justru sehari sebelum puncak pelaksanaan gawai. Menyenangkan karena sore hingga malam, warga mempersiapkan gawai dengan memasak lemang, tumpi-poe, memotong babi dan ayam. Wah..., nikmatnya makan lemang panas dengan daging babi bakar, serta makan tumpi-poe diperlancar lagi dengan menyeruput kopi hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun