Beruntunglah saya karena pada tanggal 12 September 2025 lalu berkesempatan mengikuti sebuah acara inspiratif. Acara tersebut berupa seminar tentang aspirasi Pendidikan Bermutu untuk Semua yang diselenggarakan oleh Kemendikdasmen RI, bekerja sama dengan Kemendikdasmen Surabaya dan Kompasiana.
Tentu saya hadir secara daring melalui zoom. Saya berada di Yogyakarta, sedangkan acara berlangsung di Surabaya. Akan tetapi, keseruan dan semangat yang menguar di sana serasa tembus ke layar HP yang saya pergunakan untuk zoom.
Kebimbangan yang Saya Rasakan
Tema yang diperbincangkan adalah "Pendidikan Bermutu untuk Semua: Siap Hadapi Tantangan Abad 21". Yakni sebuah tema yang saya rasakan lumayan berat. Terlebih ketika mengeja kalimat "Siap Hadapi Tantangan Abad 21". Duh! Akan mampukah generasi muda Indonesia menaklukkan tantangan abad 21?
Saya sedikit bimbang sebab terpengaruh konten-konten kurang baik terkait kondisi pendidikan anak-anak Indonesia. Salah satunya konten yang memperlihatkan tentang buruknya kemampuan berhitung dan pengetahuan umum mereka, yang pernah saya saksikan melalui video Tiktok dan reel Instagram.Â
Mungkin konten itu dibuat untuk lucu-lucuan belaka. Akan tetapi, secara tak sengaja konten yang sama memperlihatkan sisi gelap anak-anak Indonesia. Yang ternyata literasi numerasi mereka payah.
Apa boleh buat? Mau tidak mau saya pun teringat rancangan Generasi Emas 2045. Yang sering kali dipelesetkan menjadi Indonesia Cemas oleh warganet. Duh?!
Saya khawatir sebab meyakini bahwa perkataan adalah doa. Kalau banyak warganet yang suka mengulang-ulang jargon Indonesia Cemas bisa bahaya. Bukankah itu sama halnya dengan mendaraskan doa supaya Indonesia Cemas tercapai dan justru Indonesia Emas tidak tercapai? Amit-amit, deh.
Cerita Budi
Syukurlah Bapak Ma'ruf, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Komunikasi dan Media, membuka acara dengan sebuah cerita yang membesarkan hati. Yang sebetulnya bukan cerita an sich, melainkan pemaparan tentang program strategis Kemendikdasmen RI dalam bentuk cerita.