Mohon tunggu...
Agustijanto Indrajaya
Agustijanto Indrajaya Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog

tinggi 160 cm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermin Dinasti Han Berusia 2000 Tahun (Juga) Ditemukan di Bali

9 Januari 2018   10:38 Diperbarui: 9 Januari 2018   10:55 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 1 Menuju Situs Pangkung Paruk

Tergelitik oleh berita tentang temuan cermin Cina utuh berusia 1900 tahun yang lalu di Jepang mengingatkan saya pada temuan dua cermin dari Dinasti Han di Bali beberapa tahun yang lalu.

Tampaknya tidaklah salah jika kembali disajikan sebagai pengingat bahwa artefak dari Dinasti Han sudah ditemukan terserak di Nusantara sejak 2000 tahun yang lalu. Adalah Situs Pangkung Paruk (814'37" LS dan 11448'113" BT) yang mungkin bukan nama yang familiar bagi sebagian orang mengingat lokasinya berada di wilayah Laba Nangga, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali (Foto 1). Jarak situs ke Kecamatan Seririt kurang lebih 8 km. Namun situs ini harusnya menjadi penting karena di situs ini ditemukan empat buah sarkofakus dari masa awal sejarah (2000 tahun yll) atau dikenal sebagai protosejarah.

Pada masa itu, situs ini merupakan bagian dari Situs Nekropolis Gilimanuk yakni satu komunitas masyarakat protosejarah yang berkembang di sepanjang pantai baratlaut Bali di kawasan pantai Gilimanuk. Hal ini didasarkan pada kemiripan temuan wadah tembikar (periuk) yang mempunyai pola hias terajala. Wadah tembikar yang paling populer ditemukan di Gilimanuk.

Ada beberapa catatan menarik dari temuan di situs Pangkung Paruk ini, pertama, Situs Pangkung Paruk berada pada salah satu punggung daerah perbukitan dengan ketinggian 66 meter dpl. Perbukitan ini lebih dikenal masyarakat sebagai bukit batu bertoreh.  Penamaan ini didasarkan pada adanya temuan satu batu alam yang memiliki torehan.

Selain itu, wilayah bukit batu bertoreh ini dikenal masyarakat sebagai daerah citrepedagang yang berarti kuburan para pedagang?  Tidak jelas mengapa areal batu bertoreh ini dikenal sebagai areal kuburan para pedagang (citre pedagang). Namun pengakuan I Wayan Sudiarjana sebagai pemilik lahan di areal ini yang diperoleh dari warisan orang tuanya menyebutkan bahwa 100 meter di sebelah utara tempat temuan empat sarkofagus ini ketika diambil sebagian tanahnya untuk diratakan pernah menemukan beberapa kerangka manusia dengan bekal kubur berupa alat besi.

Kurangnya pengetahuan terhadap hal ini menyebabkan temuan ini hilang tanpa terdokumentasi. Baru ketika empat buah sarkofagus ditemukan di areal ini menguatkan argumentasi bahwa wilayah ini memang disebut sebagai kuburan pedagang karena memang daerah ini sebenarnya dahulu merupakan komplek makam kuna.

Kedua, temuan empat kerangka dalam sarkofagus dan temuan kerangka yang dikuburkan langsung di tanah dalam posisi tertekuk mencerminkan tatacara penguburan pada awal sejarah di Bali. Setidaknya ada dua cara menguburkan jenazah yakni diletakkan di dalam peti kubur batu (sarkofagus) atau langsung dikuburkan di dalam tanah.

Adanya perbedaan tatacara penguburan ini diduga terkait dengan status sosial dari individu yang akan dikuburkan. Bagi individu yang memiliki status sosial yang tinggi dalam komunitasnya maka jenazahnya akan dimasukkan dalam sarkofagus sedangkan untuk kelompok masyarakat umum, individu yang meninggal akan dimakamkam langsung ke dalam liang lahat. 

Asumsi ini diperkuat juga dengan temuan bekal kubur yang cukup raya di dalam sarkofagus dibandingkan dengan yang dikuburkan langsung. Bekal kubur yang disertakan di dalam sarkofagus dari situs Pangkung Paruk cukup variatif dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Anting anting, manik-manik, dan hiasan kepala semuanya terbuat dari emas. Belum termasuk manik-manik logam, manik-manik karnelian, manik-manik kaca lapis emas, senjata dan cermin perunggu. 

Ketiga, temuan kerangka manusia di luar sarkofagus mau tidak mau memancing pertanyaan apakah keberadaan kerangka manusia di dekat sarkofagus ini juga merupakan bagian dari bekal kubur? Artinya ada individu dari golongan yang lebih rendah (budak?) yang sengaja dibunuh dan dikuburkan untuk menemani individu yang bisa jadi tuannya dalam perjalanan menuju alam kubur.

Tampaknya pemberian bekal kubur berupa manusia pada masa lalu memang mungkin saja terjadi. R.P. Soejono dalam disertasinya juga menyinggung temuan seperti ini dimana posisi individu yang dijadikan bekal kubur dalam kondisi kaki dan tangan terikat ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun