Mohon tunggu...
Agustanto Imam Suprayoghie
Agustanto Imam Suprayoghie Mohon Tunggu... Administrasi - Konsultan Komunikasi di Republik Ini

berusaha mendisiplinkan diri, dengan menjadi diri sendiri, bersikap lebih baik, selalu memandang bahwa tidak ada sebuah kelebihan tanpa kekurangan, dan tidak ada kesempurnaan tanpa kesalahan, masa depan adalah tantangan, dan itu harus ditaklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Posisi Jokowi dalam Pilpres 2019

25 Februari 2018   04:28 Diperbarui: 25 Februari 2018   05:47 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PDIP secara resmi telah memutuskan. 

Melalui Megawati -sekali lagi dengan hak prerogatifnya, PDIP kembali mengusung Jokowi sebagai Capres 2019.

Ini pasti akan diikuti partai politik lainnya untuk segera mengambil langkah politik;

Bertarung melawan Jokowi atau Bersama Jokowi memenangkan Pemilu 2019.

1. Petahana dan Menjaga Elektabilitas Jokowi

Posisi petahana yang saat ini dimiliki Jokowi, merupakan modal dasar yang cukup untuk memuluskan langkah Jokowi kembali menjadi Presiden RI. Secara historis, tidak ada Petahana Capres RI yang kalah. Setidaknya, HM Soeharto, dan SBY sudah membuktikan hal ini. Problemnya, apakah Jokowi akan tetap melenggang secara lancar jaya menjadi Presiden RI? tentu dalam kurun waktu satu tahun kedepan diharapkan tidak ada gangguan yang cukup signifikans untuk menggoyang elektabilitas Jokowi. 

Gangguan elektabilitas ini bisa jadi akan nampak dalam drama-drama ala opera sabun korea yang diviralkan secara kontinu dan dengan isu yang beragam. Naga-naganya kesana sudah nampak beberapa waktu ke belakang. Posisi Hutang Indonesia yang saat ini total mencapai 4.700 Triliun misalnya, rajin digoreng melalui berbagai media, mulai dari meme yang disebar lewat grup-grup wa, sampai status unlike yang ditulis politisi2 senayan dan aktivis-aktivis twitter yang tidak terfasilitasi kepentingan partainya oleh Jokowi.

Kemunculan Jokowi yang dianggap merusak kehidupan ekonomi para anggota dari club Orde Baru dan Era Reforms jaman SBY disinyalir menjadi pemicu dari munculnya banyak isu-isu anti pemerintahan saat ini. Bahkan, mungkin karena saking mumetnya cari ide isu untuk menggoyang elektabilitas Jokowi, inisiator-inisiator isu ini tak segan memutar dan mengulang isu lama berbalut agama dan SARA. Apakah ini akan bekerja sesuai dengan hitungan mereka? bisa ya bisa tidak. Ini tentu akan kembali pada sejauh mana konsistensi dari para inisiator-inisiator ini untuk menggalang simpati dari masyarakat Indonesia untuk mengatakan TIDAK MEMILIH JOKOWI pada pemilu mendatang. 

Selain itu, ini juga akan tergantung pula dari kesiapan tim dan simpatisan Jokowi untuk berstrategi dalam mencegah, menangkal, dan mengcounter pemberitaan-pemberitaan negatif atas prestasi Jokowi selama duduk di kursi Presiden. Konsolidasi tim sepertinya perlu mulai dilakukan agar upaya-upaya untuk mendiskreditkan Jokowi dapat dicounter melalui berita-berita positif yang berisikan prestasi-prestasi Jokowi selama menjadi Presiden. Dari sisi black campaign, tentu butuh juga mereka yang mau menjadi 'Tangan Kotor'   yang siap menyerang komentar dan kiriman berita/meme negatif yang mendiskreditkan Jokowi.  

2.  Mencari Celah Menjadi Pasangan Utama Jokowi

Ibarat pengantin, Jokowi saat ini adalah sosok ideal yang digandrungi banyak orang. Mungkin karena masih malu-malu, maka partai-partai saat ini berusaha jor-joran menaikkan elektabilitas calon dari partainya untuk diusung untuk menjadi Cawapres. Sebut saja dari PKB ada Cak Imin, dari PPP ada Sang Ketua yang mencapreskan diri, dari PKS ada Anis Matta, dari Demokrat ada AHY sang putra mahkota, Jusuf Kalla dari Golkar, Zulkifli Hasan dari PAN dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun