Mohon tunggu...
agus sutiadi
agus sutiadi Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Kebijakan Publik, Praktisi Good Governance

Praktisi Good Governance di bidang perencanaan, SDM dan pembiayaan pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bappenas, Antara Adrinof, Paskah Suzzeta dan Pesan untuk Sofyan Jalil

13 Agustus 2015   16:07 Diperbarui: 13 Agustus 2015   16:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada hal yang cukup mengagetkan dalam reshuffle cabinet Jokowi jilid I yaitu digantinya menteri Bappenas Adrinof Chaniago.   Kekagetan ini sama dengan kekagetan ketika dia ditunjuk sebagai menteri Bappenas. Adrinof yang sebelumnya dipuji oleh Jokowi sebagai ahli kebijakan public dan keuangan. Ternyata hanya mampu bertahan 10 bulan. Dia dinyatakan “gagal” justru oleh orang yang dulu memujinya.

Kejadian Adrinof sepertinya berbanding terbalik dengan salah satu menteri Bappenas sebelumnya, Paskah Suzzeta. Di awal pengangkatannya sebagai Menteri, Politisi Golkar ini, mendapat cemoohan luar biasa dari para pakar, mungkin termasuk Adrinof. Hanya SBY saja yang barangkali “terpaksa” yakin akan kemampuan Paskah Suzzeta. Namun hasilnya ternyata berbeda. Paskah Suzzeta yang semula dicemooh ternyata dapat mengakhiri masa jabatannya dengan kepala tegak. Bahkan jujur harus diakui bahwa kinerja Paskah masih lebih baik dibandingkan Armyda Alisyahbana.

Salah satu prestasi Paskah yang kurang terekpos adalah ketika Pemerintah SBY mampu keluar dari krisis finasial dunia tahun 2009. Dengan program stimulus fiscal, Paskah menjadi pejabat yang cukup penting dalam mengambil keputusan penyediaan lapangan kerja hingga 1 juta orang. Hasilnya serius, program itu dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi hingga 0.06%.

Paskah dan Adrinof adalah sebuah anomaly dimana se(dua)orang ahli yang menyandang gelar akademis yang hebat ternyata tidak mampu melebihi prestasi seorang yang diejek hanya lulusan UGM (Universitas Garut Malam) dalam memimpin Bappenas.

Sebelum membandingkan Adrinof dan Paskah secara apel dengan apel, perlu juga melihat kultur Bappenas sebagai sebuah lembaga di Indonesia. Keunggulan SDM yang yang menjadikan beda. Ada 83 orang gelar Doktor, Master (S2) sebanyak 322 orang dan Sarjana 199 orang. Rekrutmen PNS Bappenas mungkin juga yang terbaik dengan menerapkan standard TPA. Bukan saja dari pendidikannya yang tinggi, PNS Bappenas senior memiliki pengalaman keluar dari turbulence politik dan ekonomi yang cukup hebat. Di era Gusdur Bappenas sempat lenyap. Namun dengan kegigihan pemimpin dan stafnya Bappenas mampu survive.

Dengan sumberdaya manusia yang mumpuni sebenarnya mudah sekali untuk menggerakan Bappenas. Paskah yang seorang politisi ulung sangat mengetahui posisinya. Pidato pertama Paskah Suzzeta menunjukkan kerendahhatian dengan menyatakan siap diludahi mukanya oleh pejabat Bappenas jika dia membawa Bappenas kejurang kegagalan. Sementara pidato kerendahatian tidak terlihat disampaikan oleh Adrinof (juga Armyda).

Pada situasi yang sama, pejabat Bappenas yang dulu menopang Paskah juga memiliki fighting spirit yang tiada banding. Ada Syahrial Luthan, Bambang Wid, Bagus Rumbogo, Duo Dedy dan banyak nama lain dibawahnya yang bersedia bekerja mati matian. Nama nama yang mungkin sudah tidak dimiliki oleh Adrinof karena sudah pensiun, pindah ketempat lain. Atau kalaupun ada yang kemampuannya sekelas namun tidak diberikan tempat oleh Adrinof .

Masukan yang diberikan para ahli Bappenas yang nota bene berpengalaman diatas 20 tahun sangat diapresiasi dan diimplementasikan oleh Paskah. Ada dugaan, karena rasa kepakarannya Menteri menolak masukan pejabat Bappenas yang dianggap kurang pas dengan visi dan gagasannya.  Bukan cuma itu Menteri bahkan mengubah struktur organisasi yang justru melawan dari tujuan organisasi Induknya.

Penerapan gagasan Menteri oleh para ahli Bappenas seringkali terasa tidak straight forward. Itu semata mata karena para ahli Bappenas telah melihat dan merasakan dari pengalaman panjang bekerja di Bappenas. Pilihan kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan bukan hanya memperhatikan gagasan semata. Kebijakan itu tidak ada yang instan tetapi harus melihat realitas tantangan dan habatan.

Seperti pemain bola, para ahli Bappenas itu adalah para pemain yang kotor bajunya dan badannya remuk redam karena bertanding. Mereka dicemooh komentator. Tapi, mereka pula yang mengangkat piala. Dan ingat, tidak akan pernah ada komentator yang mengangkat piala.

Bagaimanapun Bappenas adalah alat organisasi yang sangat mumpuni di negara ini. Lembaga ini telah banyak mengukirkan prestasi. Memimpin organisasi ini untuk memperoleh tujuan tidaklah sulit. Semangat SDMnya luar biasa. Yang diperlukan adalah rasa saling menghormati. Pilihan untuk pejabatnya juga sangat banyak dengan kualitas sebanding, baik yang berada di dalam maupun berkarir di luar. Pesan untuk Sofyan DJalil barangkali tidak ada salahnya meniru saling menghormati dan kerendah hatian Paskah dalam memimpin Bappenas.

Hasilnya akan menakjubkan untuk pemerintahan ini jika kerendahatian dan saling menghormati disinergikan dengan kemampuan akademis yang mumpuni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun