Pertengahan bulan Februari 2023, PSSI mempunyai pekerjaan besar. Agenda pemilihan ketua PSSI, menjadi sorotan utama dari berbagai pihak. Diakui atau tidak, tragedi Kanjuruhan menjadi pemicu utama. Tragedi ini secara terbuka menuntut ketua PSSI saat ini, Iwan Bule untuk tanggung jawab. Ujung-ujungnya memajukan agenda konggres, sekaligus pemilihan ketua PSSI yang dijadikan solusi oleh PSSI sendiri.
Gayung pun bersambut. Ketika wacana itu dikeluarkan, secara perlahan jago-jago pun bermunculan. Mereka adalah sosok-sosok yang merasa mampu untuk memperbaiki persepakbolaan tanah air, yang tidak pernah beranjak dari keterpurukan. Sampai haru terakhir pendaftaran, tercatat 5 sosok yang menyatakan siap untuk maju, termasuk di antaranya La Nyala Mataliti dan Erick Thohir.
Selain kedua nama tersebut, masih ada Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, dan Fary Djami Francis. Namun ketiga nama tersebut, dari segi kepopulerannya masih jauh di bawah 2 nama di atas. Siapa pun pasti sudah tahu reputasi keduanya.
La Nyala Matalati, bukan orang baru dalam dunia persepakbolaan. Kiprahnya di Jawa Timur, pernah membawanya menjadi ketua PSSI saat terjadi dualisme kepengurusan. Pengalaman dalam sepak bola, tidak perlu diragukan. Demikian pula posisinya sebagai ketua DPD RI, dapat dipastikan dia mempunyai link yang luar biasa, termasuk kemampuan lobby dan mencari dana.
Sedangkan Erick Thohir, sang Menteri BUMN, tidak kalah kerennya. Sosoknya sebagai tokoh pengusaha muda, menjanjikan energisitasnya dalam bergerak. Apalagi sebagai anak kesayangan presiden dengan jabatan Menteri BUMN, menjanjikan sesuatu yang tidak main-main.
Selain urusan jabatan dan karir bisnis, Erick Thohir pun mempunyai kedekatan dengan dunia sepak bola. Kepemilikan terhadap klub sepak bola di luar negeri, menunjukkan atensinya pada dunia sepak bola. Termasuk pula hubungan yang relatif dekat dengan Presiden FIFA. So, tidak ada yang perlu diragukan.
Namun di atas semua itu, bukan hal yang gampang untuk membenahi sepak bola Indonesia. Hampir setiap lini, ada permasalahan yang menghadang. Pembenahan pada satu sisi, tanpa diikuti sisi lain, pasti tidak akan ada gunanya. Sebab setiap sisi saling berkaitan dan mempengaruhi.
Tengok saja seruan untuk memecat Shin Tae-yong karena kegagalan dalam AFF 2023 dari sebagian pihak. Di benak mereka pasti beranggapan bahwa kegagalan timnas semata-mata karena Shin Tae-yong. Sehingga dengan memecat Shin Tae-yong, semua permasalahan selesai.
Pendapat ini jelas salah besar. Pelatih bukan satu-satunya faktor kegagalan, terutama di sepak bola Indonesia. Banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan ini. Mulai dari kompetisi yang tidak ideal, penegakan aturan yang tebang pilih, pengelolaan klub yang tdak profesional, sarana dan prasarana, keberadaan supporter, dan masih banyak lagi.
Dalam skala lebih besar, hal ini tampak dalam tubuh federasi. Nama besar PSSI pada dasarnya berisikan begitu banyak sisi yang perlu dibenahi. Ironisnya, sebagian pihak justru memanfaatkan situasi yang ada untuk kepentingan tertentu. Sehingga apa pun langkah yang diambil, akan berbenturan dengan hal tersebut.