Pesta bola dua benua telah selesai dini hari tadi. Suasana kontras tersajikan begitu apik. Neymar yang menangis tergugu, dihibur oleh sang teman sekaligus musuh dalam laga itu, Messi.Â
Di belahan lain, suasana tak jauh befa. Saka yang menangis tersedu-sedu, dihibur oleh teman-temannya. Inilah pertandingan, selalu menghadirkan 2 sisi yang berseberangan. Dan setiap pertandingan memang harus ada penang dari salah satu pihak.Â
Laga hebat kali ini seakan melahirkan 2 kisah yang sama. Sang tuan rumah harus terampas mimpi besarnya di depan publiknya sendiri. Sebuah kekalahan yang sangat menyakitkan.Â
Tak dapat dimungkiri bahwa status sebagai tuan rumah menjadi modal besar bagi tim. Pemain kedua belas yang berada di stadion dapat menjadi suntikan kuat buat mereka. Dan itu yang diharapkan siapa pun.Â
Namun kenyataan berbicara lain. Ekspetasi yang begitu besar dari publik, justru menjadi beban maha berat bagi tim. Bagaimana Neymar harus berdarah-darah dan memainkan serangkaian berbagi drama demi kemenangan.Â
Demikian pula para algojo Inggris. Tidak semua mempunyai mental baja. Menjadi tumpuan harapan begitu banyak orang dengan ayunan kakinya. Secara matematis prosentase gol jauh lebih banyak dibanding tidak.Â
Namun ketika urusan mental yang bermain, buyar semuanya. Bagaimana seorang Rashford menyia-nyiakan aksi brillian Pickford. Demikian pula dengan apa yang dilakukan oleh Saka. Sebuah tontonan yang menyesakkan dada bagi publik dan pemain Inggris.Â
Namun bagaimanapun semua mang telah terjadi. Dahaga Inggris akan gelar, berbanding terbalik dengan Argentina. Messi mampu menutup lembaran bukunya dengan senyuman manis. Satu torehan tropi mampu menghapus kutukan yang melekat selama ini.
Bagi Inggris dan Brazil akhir pesta ini memberikan PR besar bagi keduanya. PR untuk merenda lagi mimpi yang sudah ada di depan mata. Suka atau tidak, itulah pencapaian mereka kali ini.Â