Mohon tunggu...
Agus Setyabudi
Agus Setyabudi Mohon Tunggu... -

www.retailsoft-platinum.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak kita bukanlah Robot ...

30 Oktober 2010   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam beberapa kesempatan bercanda dengan sesama orang tua murid, sempat terlontar kalimat : "Anak sekolah sekarang ini, yang sekolah 1 orang tetapi yang harus belajar 4 orang", maksudnya adalah agar anak kita dapat mengikuti pelajaran sekolah dengan baik, maka kedua orang tuanya, jika perlu pengasuhnya harus ikut belajar untuk membantu proses belajar dan penyelesaian tugas-tugas sekolahnya. Dan jika hal ini tidak dilakukan, anak yang sangat pandai dan berbakat pun tidak akan bisa mengikuti pelajaran dengan baik, hal ini dikarenakan jumlah materi dan bobot pelajaran yang terus meningkat sepanjang waktu.

Apakah peningkatan ini salah ?, jika dilihat dari semangat untuk menciptakan manusia Indonesia yang lebih berkualitas di masa mendatang, tentu saja jawabannya adalah 'tidak', yang menjadi masalah adalah hampir semua sekolah menginginkan prestasi dan hasil belajar anak secara instant, dengan kata lain kepandaian yang dimiliki oleh anak-anak bukan sepenuhnya hasil proses belajar yang didapat di sekolah, sekolah terus meningkatkan standardnya sementara sistem pengajarannya tidak pernah berubah. Sehingga orang tua harus mencarikan solusi untuk anak-anaknya, tidak heran jika lembaga-lembaga pendidikan, seperti : Kumon, Sempoa, Sakamoto, bimbingan belajar, guru privat menjamur di hampir semua tempat.

Selain materi pelajaran sekolah, sebagian sekolah, terutama yang mengaku sekolah 'favorit' berlomba-lomba untuk menciptakan murid-murid jenius untuk mengikuti berbagai macam lomba, seperti : OSN, IMSO, dan berbagai jenis olimpiade, dalam hal ini, ada beberapa kasus, dimana yang terlihat adalah AMBISI sekolah, yang memberikan tuntutan dan beban yang besar bagi siswa terpilih, tetapi sekali lagi, sekolah ingin mendapatkannya secara instant. Coba kita perhatikan, hampir semua siswa berprestasi dalam berbagai lomba, mulai dari lomba melukis, matematika, fisika atau robotik, mereka semua mendapatkan kepandaiannya bukan dari sekolah.

Ambisi sekolah jika bertemu dengan Orang tua yang berambisi merupakan paduan yang klop untuk membuat anak-anak sebagai objek penderita, yang tidak punya pilihan lain selain mengikutinya. Orang tua dan Sekolah bisa berdalih bahwa anak-anak tersebut berbakat dan mereka menyukainya, tetapi apakah benar-benar demikian.

Anak-anak, apalagi yang masih berada di tingkat pendidikan dasar, masih membutuhkan banyak 'sentuhan', selain hanya belajar, misalnya :'matematika' sepanjang waktu, jika selama ini mereka terlihat enjoy belum tentu mereka benar-benar menyukainya. Kehidupan mereka masih panjang, prestasi yang mereka capai sekarang dengan bekerja sangat keras, patut dihargai, tetapi secara bijaksana sebagai orang tua kita harus memberikannya secara proporsional, karena jika tidak, mereka akan matang (layu) sebelum waktunya. Banyak kasus dimana, seorang anak yang sangat berprestasi di tingkat Sekolah Dasar, menjadi kehilangan semangat pada saat duduk di bangku SMA, hal ini mungkin disebabkan karena dia sudah sangat jenuh dan pada saat dia menginjak dewasa dia sudah berani untuk memberontak.

Berilah kesempatan untuk anak belajar dengan baik, dan kita sebagai orang tua wajib untuk mendampinginya, luangkanlah waktu berkualitas setiap hari untuk untuk anak-anak kita, karena jika tidak maka waktu akan mengambil anak-anak dari kita, tetapi tetaplah bijaksana dan proporsional dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak kita, karena kita akan membentuk anak-anak kita menjadi pribadi seutuhnya dan bukan robot-robot yang tidak memiliki empati ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun