Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerpenis Hendaknya Menguasai Skenario Cerita

12 Agustus 2013   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa kali saya mencoba membahas isi sebuah cerpen, namun rasanya hanya mampu membahas di permukaan. Isi cerpen berada di antara paragraf pembuka dengan paragraf penutup. Kedua paragraf tersebut telah banyak yang membahas dengan gamblang. Dan tampaknya keduanya juga menjadi andalan para cerpenis masa kini dengan berbagai variasinya.

Sebelumnya saya pernah membahas isi cerpen dari segi macam-macam alur cerita, dan juga dari penandanya. Namun hal itu terasa masih kurang memuaskan. Pembahasan mengenai isi cerpen menjadi agak sulit karena cerpen yang terhidang saat ini (saya lebih banyak membaca cerpen koran, dan juga cerpen di media online) menghadirkan variasi yang beraneka ragam yang terkadang keluar dari pakemnya. Dan itu sah-sah saja menurut saya.

Dalam sebuah artikelnya Helvy Tiana Rosa membagi struktur cerpen sebagai berikut : Pembuka (pengenalan), Konflik, Klimaks, antiklimaks (leraian), dan Penutup. Secara sederhana dapat saya jelaskan dalam struktur cerpen terdiri dari pengenalan cerita dan permasalahan, permasalahan hadir dan memuncak, kemudian ada penyelesaian masalah sehingga masalah mereda, kemudian berakhir dengan penutup. Dari hal tersebut saya menyimpulkan bahwa isi dari sebuah cerpen sebenarnya adalah konflik. Konflik di sini mengandung makna yang luas bukan sekedar pertikaian yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Nah, di sinilah agak sulitnya mengupas konflik yang menjadi isi sebuah cerpen. Tidak semua cerpen memuat pakem struktur seperti itu. Ada cerpen yang isinya hanya memuat deskripsi kenangan dari paragraf awal hingga penutup. Ada cerpen yang hanya seperti berfilsafat tanpa ada dialog sama sekali. Serta variasi-variasi lainnya yang keluar dari pakem tersebut.

Cerpen-cerpen liris atau puitis biasanya tidak terlalu mementingkan struktur cerita di atas. Cerpen semacam ini lebih mementingkan. “cara” daripada “isi” cerita. Cerita yang dibangun ditujukan agar pembaca mempunyai kesan yang mendalam dengan muatan etik dan estetik yang tinggi. Konflik yang dibangun tidak kentara namun halus menyusupi relung jiwa pembacanya. Para penyair yang juga cerpenis biasanya menulis cerpen jenis ini.

Cerpen-cerpen realis biasanya menggunakan pakem di atas dengan berbagai modifikasinya. Cerpen-cerpen realis yang terhidang di era sekarang banyak yang bermain-main di wiliyah pembuka, konflik, dan ending. Namun yang menonjol adalah permainan di wiliyah ending. Sebagai contoh, saya terkesan dengan cerpen Benny Arnas yang minggu ini dimuat Kompas, endingnya sangat manis dan tak terduga-duga. Ini juga mengingatkan saya pada cerpen AK Basuki yang sebelumnya juga dimuat di koran yang sama. Lagi-lagi saya terkesan di bagian endingnya.

Kembali lagi ke konflik yang menjadi isi cerpen. Jika seorang cerpenis telah menguasai dan mahir mempermainkan konflik, saya rasa cerpen-cerpennya pun akan berhasil. Seorang cerpenis barangkali seperti seorang sutradara, bagaimana ia mengatur jalan cerita sejak awal hingga akhir. Bagaimana skenario yang dihadirkan agar mampu memikat hati pembaca. Saya rasa Benny Arnas sangat piawai dalam membuat skenario cerita pada cerpennya di atas dan cerpen-cerpennya yang lain.

Jadi, seorang cerpenis tidak hanya dituntut untuk menguasai “cara” bercerita, tetapi juga “isi” cerita. “Cara” dan “isi” ini juga pernah dibahas Berry Budiman di media Kompasiana ini. Menguasai isi cerita, berarti menguasai konflik yang dibangun. Berarti pula menguasai bagaimana membuat skenario cerita.

Salam Kompasiana!

Banyumas, 12 Agustus 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun