Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Keberhasilan Thailand dalam Mengembangkan Durian

2 Juli 2020   07:54 Diperbarui: 2 Juli 2020   08:05 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dari sisi produksi buah durian di Indonesia, berdasarkan data statistik BPS, sebenarnya produksi durian secara nasional mencapai 1.169.802 ton tahun 2019. Jadi hampir 2 kali lipat produksi Thailand yang hanya 600 ribuan ton. Tetapi kenapa Thailand jadi penguasa pasar ekspor?

Yang pertama adalah karena Indonesia tidak memiliki durian yang diunggulkan yang dikedepankan oleh pihak Kementerian Pertanian sebagai branding, seperti musang king, si duri hitam untuk Malaysia dan monthong, chanee untuk Thailand. Akibatnya durian Indonesia tidak dikenal di pasaran luar negeri, karena tidak ada yang ditonjolkan diantara durian unggul yang ada.

Sedangkan menurut Ketua Yayasan Durian Nusantara, Mohamad Reza Tirtawinata, sedikitnya ada 13 jenis durian unggul di Indonesia yang tersebar di berbagai daerah yaitu; Bido, Bawor, Matahari, Namlung, Pelangi, Serombut, Super Tembaga, Petruk, Pelangi, Madu Racun, Malika, Merah Banyuwangi, Lai Mahakam dan jenis lainnya. Bahkan untuk Sorombut dan Super Tembaga, dagingnya lebih tebal dan rasanya lebih enak dari musang king, yang sekarang ini mendapat predikat durian paling enak.

Yang kedua adalah tempat atau lokasi dari durian yang diunggulkan itu terpencar di berbagai daerah dan belum dikembangkan dalam sekala luas. Masih sebagian besar durian yang ada juga berlokasi di kebun rakyat yang merupakan warisan dari leluhur yang sudah ditanam puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Dan di kebun rakyat, tanaman durian yang ada bercampur dengan tanaman-tanaman lainnya.

Yang ketiga karena belum berkembangnya investasi perkebunan durian dalam sekala luas dari perusahaan perkebunan Indonesia maupun investor asing sebagaimana yang sudah terjadi pada perkebunan sawit. Akibat berikutnya adalah investasi untuk prosesing dan penanganan pasca panen buah durian juga belum berkembang dengan baik.

Sedangkan untuk kelapa sawit, seperti diketahui Indonesia adalah penghasil sawit terbesar dunia dengan volume mencapai 51,8 juta ton CPO pada tahun 2019 dan luas lahan perkebunan mencapai 16,38 juta hektare. Apabila produksi dan luasan buah tropis Indonesia seperti kelapa sawit maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.

Keempat adalah karena kualitas dari durian yang ada seringkali belum bisa memenuhi syarat yang diminta oleh negara pengimpor yang biasanya cukup ketat. Negara mitra dagang mempersyaratkan buah Indonesia harus bebas pencemaran dari peptisida yang dibuktikan dengan penerapan Good Agriculture Practices di tingkat petani dan penanganan pasca panen yang baik atau Good Handling Practices.

Kelima yaitu masalah harga dari durian yang tidak sehat. Harga durian beku untuk musang king di Indonesia bisa mencapai satu juta per kilonya. Demikian pula dengan durian lokal yang dikatagorikan unggul harganya masih kemahalan diatas 100 ribu sampai 500 ribu per buah. Jelas ini harga yang cukup mahal dan tidak akan pernah bisa terbeli oleh rakyat yang kurang mampu.

Dan yang keenam adalah masalah kurang produktifnya petani pekebun di Indonesaia. Lahan kebun dan lahan tegalan biasanya berada di pinggiran hutan ataupun perbukitan. Pengelolaanya meperihatinkan, karena seringkali lahan yang ada tidak maksimal diarahkan untuk satu jenis tanaman, tetapi beraneka tanaman sehingga hasilnyapun tidak maksimal. Tanaman sering berumur tua yang tidak mau diremajakan.

Banyak petani pekebun juga yang sering berpikir pendek, yaitu dengan memanfaatkan lahannya hanya untuk menanam padi gogo (padi lahan kering), sehabis padi itu lahannya ditelantarkan. Dan pepohonan yang ditanam jarang yang bisa tumbuh tinggi karena sapi serta ternak lainnya tidak dikandangkan.

Demikian pula lahan kebun dan tegalan selama ini kurang diperhatikan karena fokus dari kalangan petani adalah budidaya tanaman padi. Tanah-tanah yang subur dialokasikan untuk padi dan dipaksa ditanam sepanjang tahun. Sedangkan lahan tegalan sering ditanami singkong yang panen setahun sekali, yang harganya tidak bisa mendongkrak nasib petani.

Pengembangan dalam sekala luas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun