Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Senyum di Sekolah, Getir di Balik Dapur

27 Agustus 2025   04:24 Diperbarui: 28 Agustus 2025   18:26 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tumpukan boks stainless MBG memenuhi ruang lobi, 26/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Beberapa waktu lalu, saya berbincang dengan seorang pengusaha katering yang saya kenal. Ia bercerita bagaimana awalnya ia tertarik mengikuti program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, niat itu tidak bertahan lama.

"Awalnya harga per paket masih masuk akal," katanya, "tapi lama-kelamaan terus ditekan. Kalau dipaksakan, bukannya untung malah buntung."

Keluhannya sederhana, tapi mengandung dilema nyata. Dalam bisnis katering, harga tidak sekadar angka. Ada bahan baku yang setiap hari naik, ada ongkos tenaga, ada biaya distribusi, dan ada standar gizi yang harus dijaga. Ketika semua ditekan, bagaimana mungkin menghasilkan makanan sehat dengan kualitas layak?

Beberapa hari setelah percakapan itu, sekolah tempat saya bekerja menerima MBG untuk pertama kalinya. Kotak-kotak stainless berkilau memenuhi ruang lobi, seolah menyimpan rahasia kecil di dalamnya. 

Anak-anak bersorak gembira saat kotak itu dibagikan. Bagi sebagian dari mereka, ini mungkin makan siang pertama yang hadir dengan menu lengkap.

Saya sempat ditawari satu porsi, karena ada beberapa siswa yang tidak hadir. Awalnya saya ragu, tapi kemudian saya terima. Saya ingin tahu, seperti apa sebenarnya makanan yang banyak diperbincangkan itu.

Saya pun menuangkan isi boks stainless itu ke piring pribadi. Ada alasan kecil di baliknya. Konon, jika boks itu hilang, sekolah harus menggantinya dengan harga sekitar Rp. 80 ribu. Rasanya sayang sekali kalau sebuah kelalaian sepele justru menambah beban sekolah. Jadi, lebih tenang rasanya makan di piring sendiri.

Seporsi MBG yang saya cicipi setelah ditawarkan panitia. Sederhana, tapi bergizi, 26/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Seporsi MBG yang saya cicipi setelah ditawarkan panitia. Sederhana, tapi bergizi, 26/8/2025. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Isinya sederhana: nasi pulen, lauk secukupnya, sayur segar, dan buah sebagai penutup. Sekilas rasanya hambar, tidak sekuat masakan restoran. 

Tetapi justru di situlah bedanya: makanan ini dirancang bukan untuk memanjakan lidah, melainkan untuk memberi gizi yang cukup. Lidah boleh merasa biasa saja, tapi tubuh paham bahwa inilah asupan sehat yang dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun