Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hilangkan Fenomena Kalap dan Budaya Latah Belanja Makanan, Mari Tingkatkan Gerakan Menengok Tetangga

2 Mei 2020   13:26 Diperbarui: 2 Mei 2020   13:33 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tolak Fenomena Kalap Belanja Makanan, Mari Belanja Secukupnya, Karena Stok Aman dan Mari Perhatikan Sesama Kita. sumber gambar: www.kompas.com

Pada sebuah buku berisi perjuangan Sisingamangaraja XII berjudul "Perang Sisingamangaraja", ada satu bab bercerita tentang bagaimana seorang pendekar bernama Sarbut yang tinggal di Rura Silindung, Humbang Hasundutan ikut berperang dengan caranya sendiri. Pendekar Sarbut, begitulah dia dipanggil berjuang dengan caranya sendiri, dimana di malam hari dia membakar pos-pos penjagaan, bahkan suatu malam, dia membakar gudang mesiu penjajah.

Tiba-tiba tangsi militer di Tarutung milik Belanda terbakar. Gudang-gudang tempat persediaan makanan dan perlengkapan lainnya terbakar di telan api dasyat. Akibat perbuatan pendekar sarbut, namanya menjadi buah bibir. Masyarakat di Rura Silindung latah membicarakan aksi-aksi sarbut.

Disebutkan dalam buku tersebut, tentara Belanda pun seakan-akan latah menyebut nama sarbut. Penyakit latah telah berjangkit di Silindung, bahkan menular ke daerah Humbang. Disebutkan orang-orang Belanda ketularan penyakit latah yang menganggap sarbut menjadi momok menakutkan sehingga dianggap seperti 'begu' alias 'hantu' atau 'setan' di siang bolong.

Itulah sepenggal kisah cerita bagaimana kondisi dan situasi dalam masyarakat kita dalam menyikapi sebuah fenomena atau kejadian yang muncul. Begitu gampangnya masyarakat kita menjadi latah, bahkan sekarang berkembang menjadi kalap dengan situasi dan kondisi yang timbul di tengah-tengah kita, apalagi saat menghadapi gempuran pandemi covid-19 dan saat kita berpuasa di bulan puasa Ramadan ini.

Apa itu latah dan kalap? Mengapa ini sudah seperti budaya dan fenomena? Terutama dalam hal menimbun stok makanan ketika ada kejadian yang muncul di tengah-tengah kita?

Ya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa latah sudah menjadi suatu kebiasaan, bahkan orang-orang latah sudah mendapatkan tempat di dunia hiburan yang dianggap dapat membuat kita terbahak-bahak, lucu dan menghibur suasana.

Ternyata, latah termasuk dalam salah satu gangguan psikologis yang disebut dengan Culture Bound Syndrome, dimana ciri-ciri orang latah adalah ketika penderita dikagetkan oleh suara atau gerakan, mereka secara spontan akan mengeluarkan respon, baik berupa kata-kata atau kalimat dan sering disertai gerakan tubuh.

Hal ini terjadi karena adanya kecemasan atau perasaan tertekan yang diakibatkan oleh kondisi atau situasi, bahkan oleh isu-isu meresahkan yang muncul ditengah-tengah masyarakat, seperti awal-awal munculnya pandemi corona virus awal bulan Maret lalu menjadi pembawa latah bahkan berakibat munculnya fenomena kalap untuk menimbun stok, tidak hanya makanan, tetapi juga masker dan bahan kebutuhan lainnya banyak-banyak di rumah tanpa memikirkan stok untuk orang lain.

Perilaku latah yang sudah terbentuk sedari penjajahan itu, kini muncul lagi dan nyata memang terjadi di negeri kita ini.

Sejak diumumkan oleh WHO bahwa pandemi covid-19 yang telah meluluh lantakkan Wuhan -- Cina, telah menjadi pandemi global dan tidak lama kemudian menyerang Indonesia, yang kemudian diumumkan oleh Presiden Jokowi setelah ditemukan dua warga negara Indonesia terinfeksi virus mematikan tersebut, kita diwajibkan untuk WFM alias Work From Home yang artinya semua pekerjaan dilakukan dari rumah, belajar dari rumah, hingga beribadah di rumah saja.

Otomatis terjadi kepanikan dan muncul sikap latah di tengah-tengah masyarakat kita, apalagi covid-19 ini dibumbui dengan berita-beritah hoaks alias belum tentu kebenarannya tetapi sangat berpotensi meresahkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun