Peternakan  merupakan salah  satu subsektor  pertanian,yang kegiatan umumnya adalah memelihara ternak dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.Â
Sejak tahun 1980-an peternakan unggas di Indonesia semakin meningkat, yaitu sejak diperkenalkan ayam hibrida potong yang biasa disebut ayam ras atau broiler.Â
Dikatakan juga bahwa broiler merupakan jenis ras ayam unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging.Â
Sumber yang sama juga menyatakan bahwa peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar maupun skala kecil (Peternakan rakyat).Â
Pada kenyataannya, peternakan ayam broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang pendek yaitu sekitar 30-35 hari, dengan bobot badan antara 1,2 sampai 1,6 kg/ekor dan bisa segera dijual. Itu sebabnya dikatakan bahwa keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang sangat tinggi dalam waktu yang realatif pendek, konversi pakan kecil dan siap dipotong pada usia muda.
Di samping itu ayam broiler juga sangat efisien dalam mengubah makanan menjadi daging. Daging ayam broiler mempunyai tekstur yang lembut, warnanya juga merah terang, bersih dan menarik, serta mudah untuk diolah dalam pengolahannya. Selain itu juga untuk dikonsumsi sangat digemari oleh semua kalangan dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pada umumnya.
 Bila dilihat dari segi pemeliharaannya, ayam broiler juga sudah sangat populer dan merupakan ayam yang dapat diusahakan secara efisien, sebab ayam broiler merupakan ternak potong yang paling cepat untuk dipotong dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Usaha peternakan ayam broiler dikatakan sebagai salah satu kegiatan yang paling cepat dan efisien.
Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap gizi. Kondisi ini menuntut adanya penyediaan daging ayam yangcukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.Â
Namun pada praktiknya keseharian yang dilakukan oleh para peternak, bahwa mereka mengabaikan penangan pasca panen kurangnya keterampilan dan teknologi. Perternak hanya menjualya dalam bentuk ayam utuh yang masi hidup kepada konsumen dengan harga yang relatif murah. Padahal penanganan pasca panen dapat meningkatkan nilai jual dan menjaga kualitas ayam broiler agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.Â
Dikatakan demikian karena kenyataannya permintaan pasar/konsumen terhadap daging ayam karkas cukup tinggi. Secara garis besar proses penanganan pasca panen ini meliputi penyembelihan atau pemotongan (Bleeding), pencelupan dalam air panas (Scalding), pencabutanbulu (Picking), pengeluaran organ dalam (Eviscerating), pengemasan (Packaging), pendinginan (Chilling) dan pemasaran.