Parkirlah sesuai dengan tempatnya. Ini perlu!Â
Jadi ingat pengalaman  saat sore itu. Pernah dipisuhi. Malah diusir juga pernah. Gegera tak sesuai posisi.
Pertama carilah jangan di tempat lapak orang jualan dan kau tak beli. Kau parkir didekatnya pasti diusir secara seksama. Ini pengalaman nyata. Kena pisuh alias dampratan suara keras dan megandung kebencian yang full. Kata premanisme tampak jelas.Â
Juga jangan coba parkir di tempat yang sudah ditulisi,"Ini parkiran dokter!"
Atau di PT ada parkir khusus Dekan atau Pimpinan PT.Â
Masalah parkir memang  butuh mikir keras. Antara kebutuhan dan kenyataan. Bila tak diatur kendaraan jadi  semrawur. Apalagi saat pasaran di pasar tradisi.Â
Sementara juga konyol, mosok beli baso ojek seharga 5 K ongkos parkir 2K. Atau yang jelas mau mandek jelas  harus kena ongkos parkir (ongkir). Dan kawasan biasanya sudah dikapling dan dilelang sesuai kadar keramaiannya.Â
Contoh bagus, sebagai mana di RS Sarjito. Mau parkir penuh dan hanya masuk melintas setelah menurunkan pasien. Ada tiket karci parkir namun tetap tidak kena tarif.
Ini memang berda dengan tempat lain. Yang masuk tetap kena jam pertama seharga 3K. Dan akan menjadi kian tambah bila di parkiran kian lama. Sesuai jam parkirnya.Â
Parkir perlu kejelasan aturannya. Salam.