Setelah pasca Drama Pilpress 22 Mei, yaitu kerusuhan di sekitar area Gedung Bawaslu Jakarta, perhatian saya tertuju kepada Andre Rosiade karena ia beberapa kali muncul di acara televisi menjelaskan tentang pidato Prabowo. Salah satu acaranya di Mata Najwa, Rabu 22 Mei. Dan pagi dini hari ini, saat tulisan ini saya selesaikan, ia muncul lagi di CNN Indonesia.
Apa yang menarik bagi saya tentang pernyataan Andre ini? Yaitu pengulangannya perihal pidato Prabowo yang baginya sudah menyerukan keadilan dan kedamaian dalam aksi 22 Mei tersebut. Benarkah demikian? Benarkah apa yang dibela Andre tersebut, ataukah jangan-jangan Andre hanya sudah 'kepalang basah' untuk membela Prabowo?
Atas 'ngototnya' Andre tersebut, saya ingin melihat poin-poin pidato Prabowo dari sisi Semantik Linguistik, satu bidang bahasa yang saya geluti. Apa itu Semantik Linguistik? Yaitu cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. Semantik Linguistik adalah studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa.
Sebelum Prabowo membacakan pidatonya, terlebih dulu kita melihat sebuah realitas yang mendasari lahirnya pidato tersebut, yaitu kerusuhan pada aksi Demo 22 Mei yang mengakibatkan meninggalnya beberapa orang. Kemudian Andre Rosiade selalu mengulang keterangannya, bahwa Prabowo sudah menyerukan kedamaian, salah satunya dengan langkah jangan melawan peetugas.
Apa saja poin-poin dari pidato Prabowo yang dapat dikaji tersebut? Inilah 4 poin penting dari pidato yang dibacakan oleh Prabowo, yang diulang oleh Andre dalam setiap wawancara di televisi:
Pertama, pihaknya berbela sungkawa atas jatuhnya korban jiwa dalam kerusuhan.
Kedua, mendukung aksi 22 Mei 2019 agar berlangsung damai dan tanpa kekerasan.
Ketiga, meminta aparat penegak hukum, TNI-Polri, jangan terprovokasi dan melakukan kekerasan terhadap peserta demo.
Keempat adalah, meminta pendukungnya agar tidak menggunakan kekerasan. "Memang berat untuk itu (tidak melakukan kekerasan), ucapnya. Namun kita harus melakukannya".
Poin pertama, merupakan 'senjata penting' bagi Andre yang diulang-ulang sebagai bentuk ungkapan kemanusiaan, di mana ia selalu mengatakan bahwa Jokowi tidak mengucapkan bela sungkawa tersebut. Secara makna bahasa, kalimat tersebut menegaskan bahwa Prabowo lebih mempunyai rasa kemanusiaan daripada Jokowi.Â
Dari sisi makna lain, mengapa Prabowo secepatnya mengucapkan hal tersebut? Ya, secara implisit ia ingin mengatakan bahwa pihaknya yang bertanggung jawab. Dalam arti ada beberapa oknum dari pihak Prabowo yang memprovokasi untuk "maju terus -- karena revolusi pasti akan memakan korban." Ucapan tersebut dapat mempunyai makna sebagai 'kambing hitam' agar terlihat lebih memihak kepada rasa kemanusiaan.