Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Barisan "Emak-emak" yang Dimanfaatkan

4 September 2018   21:40 Diperbarui: 26 Februari 2019   14:23 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cnnindonesia.com

Agak sedikit unik dengan gerakan eksploitasi dari sebutan 'emak-emak' akhir-akhir ini. Dari beberapa unjuk rasa yang terjadi sebutan 'emak-emak' ini dipaksa untuk dijadikan icon sebuah perjuangan. Atau lebih mudahnya agar terlihat bahwa emak-emak menuntut kesejahteraan biaya hidupnya.

Mengapa emak-emak? Bukankah banyak sebutan untuk orangtua wanita di Indonesia selain emak? Misalnya ibu, mama, bunda, nyak, ummi dan juga mimi. Mengapa harus emak? Dan militan lagi! Kemudian istilahnya menjadi emak-emak militan!

Penggagas gerakan ini mungkin terlalu tergesa-gesa memilih istilah emak-emak, atau bisa jadi karena memang menggambarkan tujuan dasar yang tidak disengaja dan malah terlihat. Saya akan melihat istilah emak-emak ini dari makna bahasanya.

Dalam linguistik pos-strukturalis, Noam Chomsky menjabarkan sebuah konsep dimensi berbahasa yang dikenal sebagai deep structure dan surface structure. Surface structure adalah bahasa yang diujarkan atau dituliskan baik secara nyata maupun hanya sekedar dalam benak kesadaran atau di dalam hati. Sedangkan deep structure adalah representasi kemaknaan yang sebenarnya dari bentuk bahasa tersebut. 

Nah, istilah emak-emak dapat dikaji dari aspek semantik (kemaknaan) dan aspek sintaksis (tata kata) sehingga kita mengetahui apa maksudnya kata tersebut digunakan. Jadi bukan secara kebetulan istilah emak-emak ini menjadi icon yang dibesar-besarkan.

Saya mengambil contoh kalimat sebagai berikut:

  • Ibu Negara kita yaitu Ibu Iriana Joko Widodo sedang melakukan kegiatan sosial.
  • Emak Negara kita yaitu Emak Joko Widodo sedang melakukan kegiatan sosial.

Agar lebih jelas saya berikan contoh juga sebagai berikut:

  • Ibu direktur tersebut sedang makan siang.
  • Emak direktur tersebut sedang makan siang. 

Sekarang saya berikan contoh yang pembandingnya bukan kata ibu, dan kita liat aspek semantik yang ada di sana.

  • Ummi Hajjah Khadijah mempunyai gerai butik baru.
  • Emak Hajjah Khadijah mempunyai gerai butik baru

Dari contoh-contoh di atas, makna mana yang lebih cocok untuk kalimat-kalimat tersebut? Jelas, kalimat di atas yang cocok adalah ibu dan kalimat dibawah yang cocok adalah ummi.

Sekarang saya berikan contoh lain yang lebih kompleks dengan penggunaan beberapa kata yang merujuk kepada orangtua wanita.

  • Ibu Khadijah dengan geram mengangkat palu dan berteriak di jalanan
  • Ummi Khadijah dengan geram mengangkat palu dan berteriak di jalanan
  • Bunda Khadijah dengan geram mengangkat palu dan berteriak di jalanan
  • Mama Khadijah dengan geram mengangkat palu dan berteriak di jalanan
  • Emak Khadijah dengan geram mengangkat palu dan berteriak di jalanan

Yang manakah penggunaan yang cocok maknanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun