Siapa yang menang? Felix? Denny? Abu Janda? Bukan! Mereka semua kalah! Yang menang adalah TV One yang berhasil meramu orang-orang yang memang tidak dapat disamakan tersebut?
Lalu ada yang berkata, "Lho bukannya di medsos Abu Janda menantang Felix? Kan harus ditemukan?"
Betul sekali. Yang perlu dilihat apakah tantangan Abu Janda sebagai ustad atau sebagai penggiat medsos?
Artinya bahwa sudut pandang Felix tidak dapat dikatakan mengalahkan Denny atau Abu Janda, demikian juga sebaliknya. Seharusnya si moderator juga tidak mengadu karena latar belakang profesi berbeda ini. Namun karena memang tujuannya 'mengadu' yang disebabkan rating industri lalu masyarakat disuguhi tontonan konyol yang tak lebih seperti drama sinetron.
Denny sebagai penulis tentu saja melihat dari sudut logika yang ada. Lalu dibenturkan dengan dalil dan keyakinan. Felix sebagai ustad juga selalu berlindung di balik ayat-ayat yang dibuat mendukung opininya. Sementara Abu Janda membiarkan dirinya menjadi apa adanya seperti di medsos, yaitu clengekan dan vulgar.
Lalu apa yang dicari masyarakat? Berita dan pertentangan tentu saja. TV One tidak akan laku bila tidak menampilkan acara seperti itu. Bahkan setelah itu follower Denny dan Abu Janda meningkat pesat. Ya, itulah pasar.
Fellix, Denny dan Abu Janda sengaja ditampilkan karena punya pasar. Sementara Ahmad Dani yang sudah tidak punya pasar dihadirkan sebagai 'bawang kotong' atau pelengkap penderita.
Apakah doa pengikut Felix agar Denny dan Abu Janda tobat dan segera kembali ke jalan yang lurus (bagi mereka) akan dikabulkan?
Eeittt nanti dulu! Karena sudah dikatakan oleh Sudjiwo Tedjo bahwa Tuhan tidak perlu dibela. Apalagi memerintahkan Tuhan untuk mengubah Denny dan Abu Janda.
Biarkan mereka berkarya dalam profesinya masing-masing dan selama tetap ada konflik maka karya mereka akan terus laku.
Nanti kalau sudah tidak laku, maka caranya gampang, yaitu bikin konflik lagi!
Agung Webe