Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jihad Sebenar-benarnya adalah Soal Literasi dan Narasi

6 November 2020   21:41 Diperbarui: 6 November 2020   21:51 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Anda pernah mengalami zaman dimana televisi baru akrab di kalangan masyarakat Indonesia ? Itu sekitar pertengahan tahun 1970-an, dimana mobil masih jarang, dan kemajuan teknologi mulai akrab di negara kita.

Kala itu hanya beberapa orang saja yang mampu memilikinya, itupun televisi hitam putih dan lembaga penyiaran  masih ada satu yaitu TVRI dengan acaranya yang terkenal yaitu dunia dalam berita, atau aneka ria safari dll. Masyarakat yang tidak memiliki televisi terutama anak-anak akan menonton di rumah orang yang memilikinya dan bubar setelah sang pemilik mengantuk dan akan tidur.

Terlepas dari siapa yang memerintah negara saat itu, nyata bahwa pada zaman saat teknologi masih belum sebagus sekarang  masyarakat tidak terlalu menghabiskan waktu dengan kabar yang berkembang. Gosip yang beredar hanya sebatas gossip lokal dan tidak menyebar dengan cepat. Sehingga literasi yang dikuasaipun terbatas. Hanya saja karena terpaan informasi terbatas dan minimnya hoax, masyarakat pada masa itu bisa punya waktu untuk berfikir dengan jernih sehingga pertikaian yang bermula dari narasi tidak terjadi atau amat jarang terjadi.

Kondisi masa lalu itu jauh berbeda dengan masa kini. Kini teknologi berkembang sangat pesat, termasuk teknologi informasi. Jika dulu orang mengandalkan pesawat terlepon di rumah atau kantor, kini telepon ada di genggaman setiap orang. Bahkan seseorang bisa punya handphone lebih dari satu bahkan lebih dari dua handphone.

Tidak itu saja. Komunikasi juga menjadi seketika. Jika dulu televisi banyak menyiarkan berita kemarin atau pada pagi untuk disiarkan malam hari, kini itu jarang terjadi. Jika tidak terkendala geografis, berita yang terjadi bisa secara langsung dilihat oleh masyarakat. Sumber berita dan gambar juga tidak sesulit dulu. Jika dulu butuh alat namanya video cam untuk merekam gambar kini dengan handphone, semua hal bisa dilakukan. Dengan kata lain teknologi bisa membuat banyak hal, bahkan mengubah banyak hal.

Namun di sisi lain, ada yang memang hilang, yaitu jeda antara peristiwa dan kita sebagai subyek atau obyek dari berbagai peristiwa itu. Karena cepatnya terpaan informasi, kita tidak sempat lagi untuk berfikir dengan jernih soal kebenaran kabar yang diterima. Orang sering hanya membaca judul berita yang bombastis saja dan tidak membaca tubuh beritanya. Atau malah tidak membacanya sama sekali dan langsung membaginya hanya karena dia menerima orang yang sefaham dengannya.

Seseorang tidak lagi mengkaji soal kebenaran dalam satu informasi, namun langsung percaya pada kata-kata memikat padahal palsu. Alih-alih mendapat jempol atau reaksi atas postingan tertentu di media sosial, seseorang bisa menjadi pembawa kabar menyesatkan alias hoax. Contoh paling nyata dan memalukan di sini adalah kasus Ratna Sarumpaet yang sampai melibatkan salah satu capres yang akan maju dalam pilpres 2019 dan beberapa tokoh terkenal lainnya.

Dengan uraian di atas, kita bisa merefleksikan sesuatu, bahwa semua hal termasuk informasi harus kita cermati dengan benar dan selayaknya saja. Tidak perlu fanatisme terhadap seseorang atau suatu kelompok membutakan kita terhadap kenyataan yang sesunggunya. Sudah semestinya kita perlu sedikit waktu untuk mengecek kebenaran informasi dan melogikakan peristiwa yang disebarkan kelompok tertentu, terutama yang sering melakukan provokasi atau melontarkan ujaran kebencian.

Jika harus berhadapan dengan mereka, lawanlah dengan pengetahuan literasi mumpuni dan narasi yang baik dan santun. Itulah jihad yang sebenar-benarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun