Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dai dan Kearifan Lokal

11 September 2020   15:16 Diperbarui: 11 September 2020   15:28 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ebookanak dok. ruangkata

Saat Nabi Muhammad menyampaikan ajaran-ajaran Islam di jazirah Arab, beliau yang merupakan Nabi terakhir yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu kepada manusia, menyampaikan misi dan dakwahnya dengan baik. Pada masyarakat yang belum pernah mendengar berliau menyampaikan ajaran, beliau akan mendekati dan berbicara dengan sopan meski belum mengenalnya. Sikapnya melindungi dan mengayomi, meski mereka belum memeluk agama Islam.

Bahkan beliau mengharamkan darah para penduduk non muslim (kaum kafir dzimmi)  itu tertumpah. Kita bisa dengan jelas melihat hal ini dari kisah beliau hijah dari Makkah ke Madinah, dimana di Madinah yang penuh dengan orang-orang asing dan banyak suku, beliau mampu didengar oleh mereka. Saat itu sebagai pendatang dan dihormati, beliau membuat suatu regulasi yang tidak mengesampingkan kearifan lokal dan aturan itu  dihormati bersama. Mereka bisa hidup dengan harmoni dalam waktu yang lama. 

Di Indonesia kita juga mengenal syiar dan dakwah Islam yang disebarkan oleh Wali Songo saat Islam masuk ke Nusantara pada saat-saat awal. Wali Songo yang kebanyakan dari mereka merupakan keturunan Yaman ini sangat menghargai budaya lokal. Sehingga mereka menyebarkan agama baru pada masa itu dengan menempelkannya pada budaya setempat. 

Agama atau kepercayaan asli Indonesia saat itu semisal  menyembah dewi kemakmuran / dewi Sri, atau memberikan sesaji kepada dewa api/ gunung berapi dll. Atau memberikan syukur atas kelahiran atau kematian dengan makanan / berkah. Kebiasaan itu tidak dihilangkan sama sekali; tetap ada, tapi konten penyembahannya diganti dengan Islam.

Dengan cara menyesuaikan dengan kearifan lokal tersebut, Wali Songo sukses menyebarkan agama Islam di Jawa. Islam menggeser agama-agama tradisional kuno tanpa peperangan. Hal itu yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad. Beliau mencerminkan Islam sesungguhnya yaitu agama perdamaian dan pembawa keselamatan. Islam yang rahmatan lil alamin sama sekali tidak mengajarkan apalagi menganjurkan kekerasan (radikal) dalam bentuk apapun

Ini sangat berbeda dengan beberapa pendatang yang ada di jazirah Arab lainnya. Pendatang itu datang dengan sikap angkuh dan sama sekali tidak mengindahkan budaya lokal sehingga peperangan dengan penduduk lokal tidak terelakkan. Karena itu pada masa itu perang-perang lokal masih kerap terjadi.

Ini sama dengan kaum tekstual Islam di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Australia Pakistan, Afganistan dll yang cenderung disharmoni dalam menyebarkan dan menegakkan agama Islam oleh pendakwah. Disharmoni yang sama sekali tidak mencerminkan Islam rahmatan lil alamin ini sering berupa sikap tanpa kompromi (intoleran), tidak menghargai pihak / orang yang berbeda keyakinan sehingga hasilnya destruktif. Sehingga bagi umat sendiri menimbulkan dampak yang negative.

Karena itu, pemerintah ingin agar pra pendakwah /dai/penyebar agama Islam ini  punya standar yang sama dalam menyebarkan agama Islam itu. Standar ini memang dirancang sesuai dengan Indonesia yang plural dan penuh kearifan lokal. Standar ini sepertinya bukan untuk membahas detil pendakwah tetapi ingin menegaskan kembali bagaimana masing-masing pendakwah itu sebangun dengan negara Indonesia. Ketagasan ini penting untuk menjaga Indonesia agar tetap harmoni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun