Mungkin juga tidak. Nama-nama trah cendana muncul dalam berita karena semata-mata mekanisme birokrasi pemerintahan era Jokowi yang tidak memandang siapa anak siapa. Baguslah kalau begitu.
Jika ditilik dari periodisasi politik Indonesia ter-update, Â dinasti-dinasti selain trah Soekarno umumnya masih dalam periode perjuangan.Â
Kubu Cikeas yaitu putra-putra SBY masih on the way, AHY dan EBY. Begitu juga anak-anak cendana. Putra dan mantu Jokowi sedang merintis lewat jalur pilkada.Â
Cuma putri-putri Gus Dur yang tampaknya belum tertarik politik lebih serius. Wajar, dahulu Gus Dur terpelanting dari kursi PKB yang saat ini dalam kuasa Muhaimin Iskandar. Jadi, tak ada partai yang bisa diwariskan Gus Dur untuk putri-putrinya.
Seru juga kayaknya pemilu tahun 2024 nanti. Apalagi kalau putra putri Soeharto berhasil merebut Berkarya dari tangan Yasonna Laoly, ehh ..., dari Muchdi PR. Bisa gawat jika Muchdi berubah pikiran dan bawa Berkarya gabung dengan petahana. Mengekor Gerindra.
Bikin partai baru perlu waktu dan yang penting harus tersedia orangnya. Memangnya pengurus partai bisa diisi akun-akun bot? Lagi pula duit pun bisa habis andai harus bikin partai lagi. Seperti pohon nangka, kalau getahnya disadap terus-terusan lama kelamaan akan kering kerontang juga.***