Beirut diguncang ledakan hebat. Setidaknya 78 korban jiwa tewas dan mungkin akan bertambah mengingat banyaknya korban luka yang mencapai sekitar 4000 orang (theguardian.com, 05/08/2020).
Ledakan itu sendiri menurut keterangan PM Lebanon Hassan Diab berasal dari gudang penyimpanan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang tidak aman selama bertahun-tahun sejak 2014. Bahan kimia tersebut adalah bahan baku untuk membuat pupuk atau bahan peledak.
Dua hal menarik dari insiden tersebut adalah kedekatannya dengan peristiwa ledakan bom yang menewaskan mantan PM Lebanon Rafik Hariri tahun 2005.
Selain keterangan dari pejabat pemerintah, sumber yang dekat dengan Hizbullah membantah tuduhan bahwa ledakan tersebut adalah serangan terhadap gudang senjata mereka. Sementara dari pihak Israel, seteru Lebanon, seorang pejabat senior mengataka bahwa Israel tidak memiliki hubungan dengan kejadian ledakan Selasa kemarin. Seminggu sebelumnya pihak Israel mengklaim telah menggagalkan penyusupan Hizbullah ke wilayah mereka.
Hizbullah adalah kelompok milisi di Lebanon dukungan Iran yang berperan dalam mengusir Israel dari Lebanon. Oleh Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara sekutunya Hizbullah dianggap sebagai organisasi teroris.
Meskipun pejabat Israel dan pihak Lebanon sendiri termasuk milisi Hizbullah menganggap insiden sebagai sebuah kecelakaan, Presiden AS Donald Trump menyampaikan keterangan yang berbeda. Trump mengatakan bahwa ledakan Beirut mirip dengan sebuah serangan yang mengerikan. Ia menyampaikan hal tersebut setelah bertemu dengan jenderal-jenderal militernya.
Donald Trump (time.com, 05/08/2020):
“It would seem like it based on the explosion. I met with some of our great generals and they just seem to feel that it was. This was not a — some kind of a manufacturing explosion type of a event. … They seem to think it was a attack. It was a bomb of some kind, yes.”
Bagi publik di Indonesia ketegangan antara Lebanon dengan Israel sempat mencuat ketika 4 personil Konga (Kontingen Garuda) "menengahi" tank Israel dan pasukan Lebanon di perbatasan. Empat prajurit TNI pada Juni lalu berhasil menghindarkan pertumpahan darah antara kedua pasukan yang sudah berseteru sejak lama.
Apa pun penyebab ledakan Beirut di tengah pandemi corona dan konflik berkepanjangan itu telah membuat dunia prihatin. Sejumlah tawaran bantuan kemanusiaan dari berbagai negara, termasuk Iran, AS, Israel, dan negara-negara Eropa, mengalir untuk Lebanon.
Mudah-mudahan korban jiwa tidak bertambah banyak dan yang terluka segera memperoleh perawatan yang memadai. Semoga begitu, di samping upaya penyelesaian konflik agar secepatnya membuahkan hasil.***